PADANG | fjpindonesia – Keberagaman alam Indonesia memang patut dibanggakan. Apalagi, saat ini Indonesia masuk peringkat keempat negara jumlah spesies burung terbanyak di dunia.
Setidaknya untuk fauna jenis burung saja, terdapat 1.771 burung, 400 diantaranya ialah burung endemik. Hanya sayangnya, dari jumlah tersebut sampai saat ini diindikasikan 15 persen diantaranya sudah dikategorikan terancam punah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden Peneliti Ornitologist Union, Ignatius Pramana Yudha dalam Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia (KPPBRI) ke V yang bekerjasama dengan Jurusan Biologi Universitas Andalas (Unand) di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (28/1/2019).
Dalam penjelasan Ignatius, banyak penyebab burkurangnya spesies burung saat ini, akibat kerusakan habitat burung, perburuan dan menjadi perdagangan oleh oknum. Selain itu, burung juga dijadikan sebagai peliharaan, bahkan dijadikan menu konsumsi oleh masyarakat.
“Supplier terbesar perdagangan burung dari Sumatera, sebenarnya sudah ada Peraturan Desa (Perdes), hanya saja tidak berjalan dengan baik. Kita harap, setiap desa atau nagari ada Perdes, serta perlu kerjasama LSM, dan masyarakat lainnya terkait pelestarian burung ini,” papar Ignatius.
Terkait hal ini, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit butuh rekomendasi jenis atau spesies burung yang harus dilindungi. Tujuannya agar pihak Pemerintah Provinsi Sumbar bisa membuat peraturan atau sanksi hukum, untuk melindungi burung yang dilindungi tersebut.
“Jangan sampai ini hanya sekedar meneliti dan memerhatikan saja tanpa tindakan. Kita dari pemerintahan butuh rekomendasi jenis-jenis burungnya dulu, agar bisa dipilah jenis yang dilindungi atau tidaknya,” ujar Nasrul.
Dalam penjelasannya, jenis burung di daerah Sumbar sangat beragam. Apalagi dikatakannya, Sumbar memiliki kawasan taman nasional 1,2 juta hektar, dan 500 hektar diantaranya masih alami untuk menjaga habitat beragam fauna yang ada di dalamnya.
Selain itu, ke depan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, serta merangkul organisasi dan masyarakat pecinta burung yang ada di Sumbar. Tujuannya, agar jenis-jenis burung yang dilindungi semakin terjaga keberadaannya.
“Faktor terisolasinya burung itu banyak, seperti banyaknya pembukaan lahan perkebunan baru, banyak perburuan, bahkan banyaknya lomba burung berkicau. Jadi, kami menunggu jenis-jenis burungnya dulu, agar pemerintah juga bisa melakukan langkah selanjutnya,” tegasnya.
Sementara Rektor, Tafdil Husni menyebutkan bahwa pihaknya memiliki wilayah kampus 500 hektar, dan 200 hektar diantaranya merupakan hutan lindung. Kawasan hutan lindung ini dikatakan Tafdil sebagai kawasan penelitian jurusan biologi, termasuk tempat kawasan bebas berbagai jenis burung untuk berkembangbiak.
“Unand sangat peduli dan berperan aktif terkait konservasi serta menjaga lingkungan, termasuk menjaga keberadaan spesies burung. Bahkan, lebih 40 hasil penelitian dosen dan mahasiswa Unand terkait hal ini,” pungkas Tafdil di hadapan puluhan peserta yang hadir. (sumbarpost.com)