Surabaya – Tingginya penggunaan internet, dan media sosial di Indonesia, berseiring juga munculnya kasus kasus kejahatan secara daring atau online, tak terkecuali kekerasan seksual. Istilah saat ini yang berkembang adalah Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Dimana berdasarkan data dari Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, sebagian besar korbannya adalah perempuan. Untuk meningkatkan kesadaran atau kepedulian perempuan terhadap kejahatan berbasis online ini, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Jawa Timur menggelar workshop KBGO untuk jurnalis perempuan pada 10-11 Mei 2024 di Hotel Regantris, Surabaya.
Ketua Umum FJPI, Uni Lubis, saat menjadi salah satu narasumber menjelaskan, KBGO sangat berbahaya apabila ada yang menyebarkan data pribadi, yang merugikan korban. Untuk itu, pengguna akun digital lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi tentang dirinya kepada publik. Terutama bagi jurnalis perempuan yang memang lebih rentan terkena serangan digital.
Workshop ini diikuti 15 jurnalis perempuan dari Jawa Timur, salah satunya Siska, jurnalis asal www.wartadigital.id. Dirinya mengaku antusias, lantaran baru mengetahui juga adanya kekerasan berbasis gender online ini.
“Setelah ikut sehari kemarin, dampak KBGO ternyata tidak kalah hebat dengan kekerasan offline, secara langsung, secara verbal, dampaknya sama, bahkan lebih. Karena dilakukan di media online,” katanya.
Pameran Foto Perempuan
Workshop KBGO untuk jurnalis perempuan ini digelar di 5 kota, yakni di Medan, Pontianak, Surabaya, Sorong, dan Manado. Di Surabaya sendiri, dilaksanakan di Hotel Regantris Surabaya, selama dua hari sejak 10 – 11 Mei 2024. Selama itu juga, FJPI Jawa Timur juga menggelar pameran foto hasil jepretan jurnalisfoto perempuan anggota FJPI. Mereka adalah Nurni Sulaiman, Diana Srimilana Saragih, Mafa Yulie, Muniroh, dan Iin. Sebanyak 15 foto berbagai profesi yang dilakoni perempuan bertajuk ‘We Work Too’.
Menurut Diana Srimilana Saragih, pameran foto ini merupakan kampanye FJPI terkait upah layak tanpa diskriminasi dan akses profesi yang inklusif. Bahwa perempuan memiliki kemampuan dalam melakoni berbagai profesi untuk menafkahi diri bahkan keluarganya.
“Kita berharap pameran foto perempuan ini bisa juga menginspirasi jurnalisfoto perempuan lain untuk memamerkan karyanya kepada publik luas, dan bisa menambah kepercayaan diri untuk berkarya lebih baik lagi,” ujar Diana. (jp)