Hingga kini kasus kematian akibat kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia, khususnya Sumatera Utara (Sumut) masih tinggi. Padahal di negara-negara maju kasus kematian akibat kedua penyakit tidak menular ini sudah dapat ditanggulangi dengan baik.
Dokter spesialis patologi anatomi, Delyuzar menuturkan sampai sekarang tidak diketahui penyebab pasti kanker leher rahim ini. Namun faktor paling banyak diarahkan ke human papillomavirus (HPV).
Untuk penyakit kanker payudara sampai sekarang orang menyebut faktor hormonal yang paling berpengaruh. Dimana hormon estrogen terlalu banyak. Kondisi ini terutama disebabkan lantaran tidak punya anak atau menikah terlalu lama.
“Faktor genetik yang misalnya terjadi proto-onkogen (gen bermutasi) yang memicu pertumbuhan cepat pada sel, akan mempermudah jadi kanker payudara,” jelas Delyuzar.
Menurutnya, langkah mudah untuk mengatasi masalah kanker serviks dan kanker payudara ini adalah dengan papsmear dan sadari (pemeriksaan payudara sendiri). Seorang perempuan, dengan tingkat aktivitas seksual yang aktif, diharapkan melakukan papsmear 6 bulan sekali, dan setelah selesai menstruasi, lakukan sadari untuk mencegah dan menemukan kelainan pada payudara.
Test atau pemeriksaan papsmear adalah metode (screening) ginekologi, yakni pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum, dan bisa dilakukan oleh dokter kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab kanker leher rahim, sejak dini. Pemeriksaan ini lebih diutamakan pada perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Bahkan Perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak seksual pertama kali WAJIB melakukan pap smear.
Dengan langkah ini, jelas Delyuzar, kita bisa menemukan kanker di vase dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan kesempatan untuk penannggulangannya belum besar.
“Hingga kini saya melihat papsmear dan sadari masih sepi peminat. Padahal langkahnya cukup mudah. Terlebih sekarang sudah ada jaminan kesehatan yang bisa digunakan untuk papsmear gratis,” tutur Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) ini. (jpA)