Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Sumatera Utara, Minggu (24/4) menggelar kampanye pentingnya memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi anak.
Kualitas ASI, untuk kondisi ibu baik kalangan menengah bawah hingga ke atas jauh lebih baik dibandingkan susu formula termahal sekalipun. Karena ASI menjadi nutrisi terbaik bagi anak.
Kampanye ASI yang digelar ini di Halaman Istana Maimoon, Minggu (24/4) diikuti puluhan ibu menyusui. Mereka juga diedukasi bagaimana mencuci tangan dengan benar, sebelum memberikan ASI bagi anaknya. Karena tanpa kebersihan, bisa menjadi penyebab anak terjangkit diare.
Wakil Ketua AIMI Sumut, Heri Firdaus menyebutkan, kampanye yang digelar ini, juga serentak di 15 provinsi di 25 kabupaten kota se Indonesia. Melalui sosialiasai ini, pihaknya ingin menegaskan jika mendapatkan ASI eksklusif menjadi hak anak.
“Menyusu adalah hak anak. Menyusui adalah cara memberikan nutrisi terbaik bagi anak. Kapan saja, dimana saja, ASI harus menjadi pilihan utama bagi anak,terutama enam bulan pertama”jelasnya.
Melalui kampanye ini juga sambungnya, AIMI ingin menegaskan kepada publik, menyusui bukan hal yang memalukan. “Bukan juga melakukan porno aksi, karena memang mensesuaikan dengan konteks budaya lokal masing-masing,” ujarnya.
Fasilitas ASI Masih Minim
Hingga saat ini, perusahaan yang mendukung fasilitas bagi ibu menyusui di Sumatera Utara masih minim. Persentasenya diperkirakan masih dibawah 10%. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua AIMI Sumut, Heri Firdaus.
Padahal sebenarnya, pemerintah sudah mengatur, setiap perusahan wajib menyediakan fasilitas mendukung untuk ibu-ibu menyusui. Seperti ruang laktasi dan tempat penyimpanan ASI. “Salah satunya dengan adnaya ruang laktasi. Di Sumut masih relatif kecil perusahan yang memiliki fasilitas pendukung ASI. Masih di bawah 10%,” ujarnya.
Padahal dalm PP 33 tahun 2012, sebenarnya sudah aturan. Itu sudah ditegaskan pemerintah. Meski begitu, AIMI sendiri, terus mencoba mengadvokasi beberapa perusahaan yang mempunyai tenaga kerja wanitanya.
“Ini menegaskan agar perusahaan harus mendukung dalam rangka mendukung produktifitas para pekerja,”ujarnya.
Dari sini sambungnya, ke depan diharaokan tidak hanya fasilitas publik yang memilikinya, namun juga perusahaan mulai melihat sebagai sebuah kebutuhan.
Saat ini sambungnya di Medan, persentase ASI ini masih dibawah rata-rata nasional. “Kota Medan baru 40%, nasional 60%,”ujarnya.
Di Sumut, kondisinya juga tidak jauh berbeda. “Potretnya sama, namun angka ini juga masih dipertanyakan, apakah valid atau perlu diverifikasi,” ujarnya.
Sementara untuk meningkatkan persentase tersebut, dilakukan melalui kampanye bersama. AIMI sendiri sambungnya, secara reguler melakukan pendampingan, seperti mengadakan kelas setiap bulan sekali, kemudian turun ke masyarakat untuk melakukan kampanye sejenis. (P/jp)