Ulos sebagai kain tenun yang memiliki makna khusus bagi kehidupan masyarakat Batak, dinilai perlu untuk dilestarikan bukan saja sebagai daya tarik pariwisata, melainkan ada nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itulah, Peringatan Hari Ulos tahun 2016 dirayakan di Convention Hall Hotel Danau Toba Internasional Medan sebagai upaya mendorong pelestarian ulos lewat pemerintah bahkan untuk mendapat pengakuan dari lembaga internasional, Unesco.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang menjadi undangan khusus pada peringatan hari ulos ke-2 di Medan. “Ulos sangat melekat dengan kehidupan masyarakat batak, sejak menjadi bayi, menikah hingga ia meninggal. Jadi Ulos jangan dipandang hanya sebagai daya tarik pariwisata, namun juga ada nilai yang terkandung di dalamnya,” ujar Ratu Hemas pada acara puncak hari ulos tahun 2016, Senin (17/12).
Untuk itu, ia mengajak pemerintah daerah Sumatera Utara untuk memberikan perhatian. Pasalnya, tanpa perhatian dari pemerintah, pelestarian ulos akan sulit. Bagaimana untuk penyuluhan dan jaminan ketersediaan bahan baku pembuatan ulos itu sendiri. Hal itu jugalah yang diharapkan, agar masyarakat dan pemerintah bekerjasama untuk mempertahankan dan melestarikan ulos sebagai budaya Sumatera Utara.
“Seperti saat batik didaftarkan ke Unesco, yang dilihat itu ketersediaan bahan baku, proses edukasi kepada siswa di sekolah. Harus diajarkan di sekolah, bagaimana membuat batik. Demikian halnya dengan ulos,” ujarnya sembari mengatakan pengakuan dari Unesco untuk ulos dinilai Ratu Kemas sangat penting.
Hal itu juga yang disampaikan oleh Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi, bahwa ulos tidak hanya sebagai budaya lokal Sumut namun juga menjadi bagian dari keragaman budaya yang memperkaya budaya nasional. Kegiatan ini, menjadi cara mengapresiasi hal tersebut, yakni bagaimana melestarikan ulos di Indonesia khususnya di Sumut. Sebab, ulos telah digunakan masyarakat Sumut sejak dahulu sebagai ungkapan kasih sayang kepada anak, dan merupakan untaian doa yang diberikan orangtua. “Corak dan warna ulos juga dominan diwarnai dengan warna alam, yaitu hitam, putih dan merah. Meski saat ini telah berkembang, motif ulos telah menggunakan berbagai jenis warna,” ujarnya.
Menurut Erry, pengakuan dari internasional akan ulos juga penting. Selain pelestarian, juga akan berdampak kepada ekonomi para penenun. “Jika ulos mendunia, maka bukan lagi hanya dipakai masyarakat Sumut, melainkan par atokoh internasional dan artis ternama,” ujarnya.
Sementara itu, mewakili DPR RI, Rooslynda Marpaung menyampaikan bangsa yang mandiri adalah bangsa yang berbudaya dan budaya itu mengakar di pribadi masyarakatnya. “Budaya bangsa perlu ada pengakuan dari dunia, demikian halnya dengan ulos yang pada masyarakat batak menjadi identitas masyarakat itu sendiri,” katanya. Sebab menurutnya, setelah adanya pengakuan secara nasional, perlu ada pengakuan secara internasional.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Gati Wibawaningsih menyampaikan apresiasi dan menyatakan akan menjadikan pembinaan pelestarian ulos dalam program kerjanya. Dalam program e-smart UKM yang dikerjakan pihaknya, ulos akan turut dipromosikan hingga ke pasar internasional.
Pada kesempatan itu, sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap Gusti Kanjeng Ratu Hemas, Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi disematkan pakaian adat batak. Penyematan pakaian adat ini dilaksanakan oleh para tokoh masyarakat batak diantaranya RE Nainggolan, Wilmar Simanjorang, para pengurus Pomparan Guru Tatea Bula, Ketua Panitia yang juga ketua Yayasan Pemberdayaan Perempuan Indonesia serta mewakili panitia Enni Martalena Pasaribu, dan RAY Sinambela.
Panitia Hari Ulos 2016, Enni Martalena Pasaribu mengatakan, untuk mengisi acara Hari Ulos ini maka pihaknya mengegelar pagelaran budaya, fashion show, pameran produk ulos dari kabupaten dan Kota se Sumut, lomba busana ulos (anak,remaja,dewasa), opera batak, dan talk show.
“Respon masyarakat dan undangan kita saat ini, menjadi energi positif bagi kita semua. Ternyata ada semangat yang sama, untuk melestarikan ulos,” ujarnya Enni.
Pada acara ini juga ada pertunjukan langsung penenun ulos yang berasal dari sejumlah kabupaten di kawasan Danau Toba. Proses menenun dipamerkan untuk bisa disaksikan warga yang hadir, dan langsung berinteraksi dengan penenun. Ulos sepanjang 500 meter yang mendapat rekor Muri, juga dipamerkan dalam acara ini. (LA/jp)