SEJARAH pers perempuan di Sumatera Utara sudah berkembang sejak zaman dahulu. Bahkan Koran-koran pelopor pers perempuan di Medan dan Sumatera Utara disebut memiliki isi yang menakjubkan dan masuk dalam kategori tua di Indonesia.
Sebut saja Koran bertajuk “Perempuan Bergerak” terbitan 1919. Hanya saja, saat ini Sumatera Utara seperti kehilangan rohnya penerbitan koran perempuan. Bahkan, saat ini tak ada satupun koran perempuan yang bertahan.
Hal inilah yang melandasi dilaksanakannya Pameran Pers Perempuan Sumatera Utara 1919-1949 dengan tema ‘Terdepan dalam Sejarah Pers Indonesia’ diselenggarakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed, bekerjasama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Sabtu (20/5/2017) di Gedung Juang 45 Jalan Pemuda Medan.
Kepala Pusat Studi dan Ilmu Sosial (Pussis) Unimed, Ichwan Azhari, menjelaskan, setelah adanya koran Perempuan Bergerak di tahun 1919, menyusul koran perempuan lainnya di Sumatera Utara yakni Koran Soeara Ibu terbit di Sibolga tahun 1930, Koran Boroe Tapanoeli terbit di Kotananopan tahun 1940, Koran Medan lainnya yakni Keoetamaan Puteri 1937 serta Dunia Wanita tahun 1949.
Puluhan koran-koran pelopor pers perempuan Sumatera Utara inilah yang akan dipamerkan untuk umum dan gratis mulai 20-22 Mei 2017 di Gedung Juang 45 Jalan Pemuda 17 dibuka pukul 09.00 WIB dan diseminarkan di hari Sabtu pada awal pameran Sabtu (20/5/2017).
Untuk seminar sendiri akan diisi sejumlah aktivis perempuan serta organisasi Pers Perempuan di Sumatera Utara yakni FJPI Sumut. Beberapa narasumber tersebut, yakni Dr.Mazdalifah (Dosen Komunikasi FISIP USU), Lia Anggia Nasution (Jurnalis/Pengurus FJPI) dan Rika Suartiningsih (Aktivis Pers).
Kegiatan ini diselenggarakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed, bekerjasama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) serta Gedung Juang 45 Sumatera Utara.
Ketua FPJI, Ramdeswati Pohan menambahkan sangat menyambut kerjasama pameran dari pihak Pussis Unimed dan mahasiswa Sejarah Unimed ini. Sebab, menurutnya, sejak awal, mereka sangat responsif terhadap dengan sejarah pers di Sumatera Utara. Apalagi, acara ini mengupas sejarah pers perempuan di Sumatera Utara.
“Kita berharap acara seperti ini lebih sering diselenggarakan. Sehingga, dapat menjadi pengingat kepada generasi jurnalis, khususnya perempuan, agar lebih meningkatkan kualitas diri, salah satunya melalui pemahaman sejarah pers itu sendiri,” jelasnya. (*/jp)