Penghuni Lapas Wanita Palangkaraya melakukan aksi protes terhadap pengelolaan lapas wanita di Palangkaraya. | Ist/tribunnews.com

PALANGKARAYA | fjpindonesia.com – Kericuhan terjadi di Lapas Wanita di Jalan Tjilik Riwut Km 40 Palangkaraya, Kalimantan Tengah sejak, Jumat (1/2/2019) pukul 22.00 WIB hingga Sabtu (2/2/2019) pukul 08.30 WIB, setelah polisi melakukan pengamanan.

Informasi menyebut pemicu kericuhan lapas wanita yang terletak di Jalan Tjilik Riwut km 40 Kelurahan Tangkiling Kecamatan Bukitbatu, pada Jumat sore saat para petugas lapas wanita melaksanakan giat brifieng.

Saat itu, pintu sel wanita dikunci oleh petugas yang kemudian memicu keributan di lapas wanita mulai, pukul 22.00 WIB, sejak tengah malam hingga pagi esok harinya mereda, Sabtu pukul 08.30 WIB.

Selanjutnya dilakukan mediasi oleh Kapolres dengan pengawalan puluhan polisi.

Penghuni lapas, ribut juga dipicu pelayanan dan keterbatasan fasilitas untuk ibadah di gereja maupun di masjid, sehingga para napi melakukan aksi anarkis dengan membakar kasur dan melempar barang- barang ke arah petugas jaga lapas wanita.

Kapolres Palangkaraya, AKBP Timbul RK Siregar, membenarkan kejadian tersebut dan saat ini kondisi lapas sudah kondusif setelah dilakukan negosiasi dengan pihak pengelola lapas.

“Ya, benar sempat terjadi kericuhan, tetapi sudah bisa diatasi,” ujarnya.

Sementara itu, kericuhan yang terjadi di Lapas Wanita di Jalan Tjilik Riwut Km 40 Palangkaraya, Kalteng, ternyata dipicu masalah fasilitas lapas yang dinilai terlalu ketat.

Saat melakukan aksi protes membakar kasur dan melempar petugas dengan barang, penghuni lapas menuntut pihak lapas mengganti Kepala Lapas Wanita Palangkaraya.

Warga binaan juga menuntut pelayanan yang baik, fasilitas tempat ibadah, pendistribusian makanan harus tepat waktu karena selama ini sering lambat.

Namun Kepala lapas Perempuan Palangkaraya, Diah, Sabtu (2/2/2019) mengatakan, pemicunya, lantaran permohonan para penghuni ditolak, seperti meminta kemudahan penggunaan fasilitas telepon selular dan kipas angin.

“Mereka menuntut diberikan kelonggaran, soal handphone dan kipas angin. lni jelas tidak boleh, kami yang punya aturan bukan mereka, ini aturan dari pusat, makanya mereka marah dan ngamuk,” ujar Kalapas.

Dijelaskan kipas angin, masih diusahakan, karena jumlah penghuni cukup banyak, untuk masalah makanan sudah sesuai aturan.

“Kondisi aman setelah datang petugas dari Polres Palangkaraya, Brimob Polda Kalteng, Polsek Bukit Batu, Sinpur yang membantu kami,” ujarnya.

Data terhimpun, jumlah napi yang menghuni lapas wanita 43 napi dan 1 tahanan, personel lapas wanita berjumlah 50 orang, yang melaksanakan piket 28 orang di bagi setiap regu 7 orang.

Pihak pengelola lapas bersama kepolisian berhasil melakukan mediasi terkat tuntutan penghuni lapas yang mengamuk karena mengelukan fasilitas lapas yang dianggap belum optimal dalam memberikan kenayanan penghuninya.

Mediasi Sukses
Kericuhan yang terjadi di Lembaga permasyarakatan (LP) perempuan Klas II A Palangkaraya Jalan Tjilik Riwut Km 40 dipicu lantaran penghuni merasa tidak diperlakukan dengan semestinya sehingga meminta agar pelayanan di lapas lebih baik lagi.

Kapolres Palangkaraya AKBP Timbul RK Siregar menjelaskan, dalam mediasi yang dilakukan pihaknya antara penghuni lapas dan pihak kalapas disepakati, berbagai tuntutan, ditampung dan disalurkan.

“Nantinya masalah ini akan dibawa ke kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhumkam) Kalteng, sehingga yang akan memutuskan adalah pihak Kemenkum HAM,” ujar Kapolres Palangkaraya, AKBP Timbul RK Siregar.

Ratusan personel gabungan dari Kepolisian dan TNI berjaga-jaga dalam pengamanan tersebut.

Saat ini situasi di lokasi kejadian sudah kondusif. Untuk mengantisipasinya sejumlah personel bertahan di lokasi.

Penghuni lapas melakukan aksi protes terhadap pengelolaan lapas wanita di Palangkaraya, Jumat (1/2/2019).

Pembenahan Fasilitas Lapas
Kepala Divisi Lembaga Pemasyarakatan Kemenkum Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) Kalimantan Tengah, Hanibal, mengatakan pihaknya sudah mendamaikan warga binaan di Lapas Wanita Palangkaraya setelah ricuh dengan dibantu oleh pihak aparat keamanan yang datang membantu.

“Saya datang sendiri ke lokasi untuk memberikan penjelasan kepada warga binaan tersebut, soal fasilitas yang dituntut tentu akan kami benahi secara bertahap, karena bangunan itu bangunan baru operasional,” ujarnya.

Bahkan daya listrik yang ada di lapas tersebut juga masih kurang, termasuk tempat ibadah juga secara bertahap akan dibangun.

“Masalah anggaran juga jadi kendala, tetapi ini secara bertahap akan dibenahi, saya sudah bicara dihadapan mereka,” ujarnya.

Tanggapan DPRD
Kericuhan yang terjadi di Lapas Wanita Palangkaraya, Sabtu (2/2/2019) menjadi perhatian, Ketua Komisi A bidang pemerintahan, DPRD Kalimantan Tengah, Yohanes Freddy Ering.

Pengurus PDIP Kalteng ini, sudah menjadi tren di Indonesia selama ini, banyak Lapas atau Rutan yang kelebihan kapasitas, sehingga sangat mengganggu atau membuat tidak nyaman penghuninya.

Freddy mengatakan, selayaknya pemerintah menambah fasilitas yang kurang, untuk lapas wanita tersebut sehingga pembinaan tahanan atau narapidan bisa berjalan dengan baik.

“Mereka yang ada di lapas itu kan ingin dibina sehingga sudah selayaknya fasilitasnya diperbaiki, mereka manusia tentunya harus dimanusiakan, meskipun mereka sedang menjalani proses hukum, atau terpidana,” ujarnya.

“Jika dalam pembinaan berjalan dengan baik tentu hasil pembinaan ketika mereka keluar dari lapas akan menjadi manusia yang lebih baik, saya berharap fasilitas yang kurang bisa dibenahi,” ujarnya. (banjarmasinpost.co.id/tribunnews.com)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini