Paris – Perdana Menteri Prancis yang baru, Elisabeth Borne, segera mendapat tekanan dari para aktivis lingkungan di sayap kiri yang memperingatkan bahwa kecil harapan bahwa dia akan secara drastis mengurangi emisi karbon Prancis atau bergerak cukup cepat untuk mengatasi pemanasan global. Komentar pertama Borne setelah menjabat adalah berjanji untuk “bertindak lebih cepat dan lebih kuat” untuk menghadapi tantangan iklim, setelah presiden sentris yang baru terpilih kembali, Emmanuel Macron, berjanji kepada perdana menteri kekuatan pengawasan khusus untuk merencanakan transisi Prancis menjadi negara pertama yang meninggalkan gas, minyak dan batu bara.
Pemerintah Prancis baru dalam beberapa hari mendatang akan mengumumkan dedikasi untuk “perencanaan hijau”, setelah Prancis tertinggal dalam beberapa tahun terakhir dalam target mengatasi emisi dan meningkatkan energi terbarukan.
Pengangkatan perdana menteri wanita Prancis pertama dalam lebih dari 30 tahun itu dipuji oleh banyak pihak sebagai langkah penting untuk kesetaraan di kancah politik Prancis, yang sering dikritik karena “macho”. Borne, 61, seorang insinyur yang memegang tiga peran menteri dalam masa jabatan pertama Macron – tenaga kerja, transportasi dan lingkungan. Bergelar insinyur, lulusan College des Ingenieurs itu menekuni bidang teknik dan lingkungan selain kuliah di École Polytechnique dan École Nationale des Ponts. Dari latar belakang pendidikannya itu tidak heran kalau Presiden Macron, yang mencari perdana menteri dengan kredensial kebijakan hijau dan sosial, memilih dirinya untuk mewujudkan janji-janji politiknya terutama terkait isu lingkungan. (jp)
Sumber : The Guardian