Pontianak – Kekerasan Berbasis Gender Online atau KBGO semakin marak terjadi di Indonesia. KBGO menimpa berbagai kalangan dan profesi, tak terkecuali  jurnalis perempuan. Melihat fenomena ini,  Forum Jurnalis Perempuan Indonesia atau FJPI Kalimantan Barat menggelar kegiatan workshop KBGO untuk bersama menolak kekerasan apapun.

Kegiatan ini diikuti oleh 16 peserta jurnalis perempuan se-Kalbar yang berlangsung di Hotel Harris, Kota Pontianak, 27-28 April 2024. Tak hanya workshop saja, FJPI Kalimantan Barat  juga menggelar pameran foto perempuan bertema “We Work Too”, karya jurnalisfoto perempuan anggota FJPI. Sebanyak 15 foto dipajang di pameran ini. Pameran foto dan workshop untuk jurnalis perempuan ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye anti kekerasan terhadap perempuan di ranah daring di 5 kota di Indonesia, yakni Medan, Pontianak, Surabaya, Manado, dan Sorong.

Pj Gubernur Kalimantan Barat, Horisson beserta istri, melihat pameran foto yang digelar FJPI Kalbar, 26-27 April 2024.

Ketua Umum FJPI Uni Lubis mengatakan, penyebab terjadinya KBGO umumnya karena adanya relasi kuasa yang menjadi pemicu banyaknya kekerasan atau pelecehan terhadap perempuan. Saat ini kondisi jurnalis perempuan di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Sebab, banyak sekali jurnalis perempuan yang mengalami pelecehan baik di kantor maupun saat liputan.

“Aspeknya kelihatan, di mana angka pelecehan selalu meningkat,” ujar Uni, saat menjadi salah satu narasumber dalam pelatihan.

Suasana diskusi pada workshop bertajuk “Stop KBGO untuk Jurnalis Perempuan” yang digelar FJPI Kalbar di Hotel Haris, Pontianak, 26-27 April 2024.

Menurutnya, pelaporan terkait hal ini masih seperti fenomena gunung es. Masih banyak kasus kekerasan dan pelecehan kepada perempuan yang masih tak nampak karena tak dilaporkan. Kalaupun dilaporkan, tidak ditangani dan luput dari pantauan media. Di samping itu, dengan adanya basis teknologi, banyak pelaku melakukan modus-modus KBGO dengan memanfaatkan media sosial, seperti Whatsapp dan Instagram untuk menyerang korban.

Ia menjelaskan, bahwa kegiatan yang dibagikan pengguna pada media sosial membuat tindak kejahatan akan lebih mudah terjadi. Karena, Indonesia merupakan negara yang rentan terjadinya pencurian data atau di-hack.

“Data kita rentan diperjualbelikan. Bedakan akun publik dan akun pribadi, kita harus selalu menjaga ranah privasi kita,” pungkasnya. (jp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini