Sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara, kota Medan mengalami dinamika perkotaan yang terus membangun. Perekonomian, budaya, sosial, politik, merupakan hal yang terus dikembangkan. Kondisi masyarakat yang harmonis menjadi salah satu tonggak berhasilnya pembangunan. Meskipun memiliki kemajemukan latar belakang agama, suku, ras, kota Medan tetap harmonis dan jauh dari konflik Sara.

Sejumlah tempat ibadah bahkan ada yang saling berdampingan, karena semua pihak saling menghormati ibadah dan kepercayaan orang lain. Bahkan sebagian rumah ibadah menjadi tujuan wisata spiritual, baik oleh pemeluk agamanya maupun dikunjungi pemeluk agama lain. Selama tetap menghormati aturan yang berlaku di dalam rumah ibadah, kunjungan siapapun akan diterima dengan baik.

Berikut beberapa tempat ibadah yang terkenal dan banyak dikunjungi sebagai destinasi wisata.

Graha Annai Velangkani
Ada keunikan yang tersirat tatkala melihat Graha Maria Annai Velangkanni. Bangunannya yang mirip kuil India dengan warna-warna cerah mengadopsi arsitektur Indo-Moghul. Dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2005 oleh Pastur James Barathaputra, SJ. Beliau adalah seorang pastur Yesuit dari India yang melayani di Indonesia sejak lebih dari 40 tahun yang lalu.

Dari namanya, Annai artinya bunda, sedangkan Velangkanni (Vailankanni) adalah sebuah desa di Tamil Nadu, India. Pada abad ke-17, Bunda Maria dikabarkan menampakkan diri kepada beberapa anak di Velangkanni. Kini Velangkanni di India dikenal sebagai Lourdes di Timur. Nah, Graha Maria Annai Velangkanni yang dibangun di Medan ini didekasikan untuk Maria Bunda Penyembuh (Our Lady of Good Health) atau Annai Velangkanni itu.

IMG_9790.JPG

Pembangunan Graha Maria Annai Velangkanni bukan tidak menemui hambatan. Tidak ada penyokong dana tetap, tidak ada profesional kontraktor, juga tidak ada seniman profesional. Graha Maria Annai Velangkanni dibangun oleh tangan-tangan amatir dan mengandalkan dana dari donatur. Suatu proyek yang tidak masuk logika manusia. Biaya pembangunan yang mencapai 4 milyar, sebanyak 60%-nya terpenuhi dari donasi.

Di balik arsitektur yang indah pasti ada makna di dalamnya. Bangunan utama Graha Maria Annai Velangkanni terdiri dua tingkat. Lantai dasar adalah Aula St. Anna yang sering menjadi tempat pertemuan yang dapat digunakan oleh semua orang dari suku dan agama mana pun. Lantai dasar ini menjadi simbol bumi tempat kita berpijak. Sementar lantai atasnya digunakan sebagai tempat ibadah. Untuk naik ke atas, kita dapat berjalan di dua jalur ramps yang terletak di sisi kiri dan kanan bangunan. Pada ramps tersebut terdapat relief Kisah Penciptaan dari Kitab Kejadian. Dua ramps ini menjadi simbol tangan Bunda Maria yang memeluk umat manusia dengan penuh kasih.

Tiga kubah pada Gereja Annai Velangkanni menjadi simbol Trinitas dalam agama Katolik. Menara gereja yang terdiri dari tujuh jenjang melambangkan surga yang berada di langit ketujuh. Adapun tujuh adalah simbol angka sempurna. Di sepanjang dua jalur ramps tersebut terdapat 40 buah lampu. 40 lampu ini melambangkan perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di gurun pasir sebelum mencapai Tanah Perjanjian.

Saat memasuki bagian dalam bangunan, kita harap harus melepas alas kaki, tujuan supaya lantai tetap bersih. Nah, di bagian dalam gedung mata langsung tertuju pada langit-langitnya. Di sana terdapat gambar enam sakramen dalam ajaran Gereja Katolik, yaitu: Permandian, Krisma, Pengampunan Dosa, Perkawinan, Imamat dan Pengurapan Orang Sakit. Sakramen ketujuh, yaitu Sakramen Ekaristi yang menjadi puncak iman Katolik ditempatkan di pusat Gereja, yaitu di Altar. Pada jendela-jendela gereja terlukis Kisah Sengsara Yesus. Di dalam gereja terdapat 12 tiang penyangga yang melambangkan 12 rasul Kristus dan 12 suku Israel. Di Altar, kita dapat melihat lukisan Perjamuan Terakhir.

Di samping bangunan utama, terdapat bangunan Kapel kecil. Sebuah keajaiban terjadi setelah beberapa hari Graha Maria Annai Velangkanni diresmikan. Dari bawah kaki patung kaki Bunda Maria yang terdapat di kapel kecil ini tiba-tiba muncul mata air. Airnya jernih dan tidak mengandung zat-zat berbahaya sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa dimasak. Air ini boleh diambil oleh setiap orang dan banyak yang mempercayai bahwa air ini dapat menyembuhkan. Benar atau tidaknya, itu tergantung iman masing-masing.

Kuil Shri Mariamman
Nah, destinasi wisata spiritual yang satu ini ada di tengah kota lho. Kuil yang dibangun pada tahun 1884 ini merupakan kuil tertua di Kota Medan yang berfungsi sebagai tempat peribadatan untuk memuja Dewi Mariamman. Kuil ini dibangun oleh seorang pemuda Tamil yang bernama Gurdhuara Sahib yang merupakan seorang pekerja di perusahaan perkebunan yang terdapat di Sumatera Utara. Kuil ini terletak di kawasan Kampung Keling atau Kampung Madras, Kecamatan Petisah.

IMG_9812.JPG

Bagi kepercayaan umat Hindu, Dewi Mariamman adalah dewi yang mempunyai kekuatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, menghilangkan wabah penyakit berupa penyakit ringan maupun penyakit berat dan dapat menurunkan hujan ketika mengalami musim kemarau yang tandus. Dewi ini banyak dipuja di beberapa wilayah di negara India Selatan seperti desa Andhra Pradesh, Tamil Nadu dan Karnataka. Selain digunakan untuk memuja Dewi Mariamman, Kuil ini juga digunakan untuk memuja dewa-dewa Hindu yang lainnya seperti Dewa Wisnu, Dewa Ganesha, Dewa Siwa, Dewa Durga dan Dewa Amanitu.
Kuil ini dibuka mulai pukul 5.30 – 12.00. Dan pukul 16.00 – 20.00. Dan sebagaimana jika memasuki kawasan rumah ibadah, setiap pengunjung harus menggunakan pakaian yang sopan serta mengikuti peraturan yang diterapkan di sana.

Vihara Maitreya
Bagi umat Buddha di Medan beribadah di vihara sangat mudah, ada banyak. Salah satunya yang perlu dikunjungi yakni Maha Vihara Maitreya. Mulai didirikan tahun 1991 di atas tanah seluas 4,5 hektar di komplek Cemara Asri, Jalan Boulevard Utara, Medan, namun baru diresmikan bulan Agustus 2008 lalu. Vihara ini menggunakan nama Maha Maitreya, Buddha Maitreya yang ditinggikan karena ajaran cinta kasih semesta yang diajarkannya kepada umat Buddha. Tempat ini terhitung ramai juga dikunjungi sebagai tempat khusus utama yaitu peribadatan. Namun, suasananya di sana terasa sangat tenang dan damai sehingga membuat suasana beribadah menjadi lebih khusyuk.

vihara maitreya (1)

Maha Vihara Adhi Maitreya merupakan salah satu vihara yang terbesar yang ada di Indonesia. Lokasi Vihara Cemara Asri di Perumahan Cemara Asri Medan, Sumatera Utara. Sangat mudah untuk ditemukan karena lokasinya strategis dan bisa dicapai dengan angkot, motor, mobil, sepeda. Jika sore hari banyak warga yang bersantai di kitaran sebuah danau buatan yang terdapat banyak sekali burung bangau, terletak di samping vihara. Sekedar menikmati angin sepoi atau kuliner yang banyak dijajakan di sekitarnya.

Mesjid Raya Al-Mashun
Mesjid Al -Mashun Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski usianya hampir 100 tahun atau seabad (1906 – 2000), namun bangunan dan berbagai ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli. Mesjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini.

Mesjid Raya Al Mashun (2)

Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18. Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam – penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 – 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 di atas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jemaah.

Salah satu ikon kota Medan ini berada dekat dengan Istana Maimoon dan Kolam Srideli yang juga merupakan peninggalan kesultanan Deli. Nah, di kolam Srideli para pelancong bisa bersantai sambil mencicipi rujak kolam yang sudah menjadi menu wajib jika ke sini.

Mesjid Al Osmani
Mesjid sebagai salah satu kelengkapan istana sultan yang masuk Islam terletak saling berhadapan dengan istana sultan. Mesjid tertua di Kota Medan ini dibangun pada 1854 oleh Sultan Deli VII yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan, sehingga ketika beliau mangkat dimakamkan di situ dan diberi gelar ‘Marhom Mesjid’.

Kemudian pada 1870 hingga 1872 dengan hasil menjual rempah-rempah dan tembakau berlimpah maka mesjid yang terbuat dari bahan kayu tersebut dibangun menjadi permanen dan megah oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam (Sultan Deli VIII). Mesjid Al Osmani ini berada di jalan besar Yos Sudarso sekitar 20 Km dari Medan. Awalnya dibangun hanya 16×16 m saja.

Mesjid Al Osmani (1)

Sultan pun menyewa tenaga arsitek dari Belanda dan Jerman untuk membangun kembali mesjid dengan bahan bangunan yang terbuat dari batu, kapur, dan garam yang dicampur dengan putih telur. Namun semua itu tidak menghilangkan arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan China. Hingga kini di usianya yang sudah mencapai 138 tahun mesjid ini masih dipakai sebagai tempat beribadah dengan kapasitas hingga 500 orang.

Pura Agung Raksa Buana
Terletak di Jalan Polonia Medan, pura yang berdiri sejak 1982 ini sering menjadi pusat peringatan hari besar umat Hindu di Sumatera Utara. Seperti ketika Dunia Melancong berkunjung, ratusan umat Hindu dari berbagai kota di Sumatera Utara sedang merayakan Hari Suci Kuningan di Pura Agung Raksa Buana ini.

Musik tradisional Bali mengiringi prosesi pembacaan doa oleh pendeta. Mengenakan busana adat yang mayoritas bernuansa Bali, umat Hindu berduyun-duyun ke Pura dengan membawa sesaji berupa hasil pertanian dan makanan. Pertemuan umat Hindu dari berbagai kota di Sumatera Utara itu juga menjadi momen silaturahmi.

IMG_9550.JPG

Pengempon Pura Agung Raksa Buana ini berasal dari multi etnis seperti Bali, Batak Karo, Mangali, Umat Sik, Cina, Jawa dan lain sebagainya yang tetap mempertahankan agama Hindu dan budayanya masing-masing, seperti dalam hal berpakaian. Hubungan antar umat sangat guyub, tidak ada konflik, tidak ada mempermasalahkan latar belakang, Umat Hindu melaksanakan ajaran Hindu menurut Catur Marga-nya masing-masing. (jp)

sumber : Dunia Melancong

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini