Ratusan warga mengikuti pengobatan gratis di Kabupaten Nias Barat, 23 Agustus 2022.
Ratusan Warga mengikuti pengobatan gratis di Desa Tuwuna, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, 23 Agustus 2022. (Dok YCPSI)

NIAS-Sekitar 1000 warga Nias mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan gratis dari sekumpulan dokter peduli stunting yang tergabung dalam Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia (YCPSI) pada 21-23 Agustus.

Ini merupakan kegiatan lanjutan program percepatan pengentasan stunting mandiri di tiga kabupaten yakni Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Nias Barat.

“Perkiraan ibu dan anak yang ikut lebih dari 400 peserta di Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan. Serta lebih dari 350 peserta di Kabupaten Nias Barat. Jumlah peserta selalu melebihi kuota,” kata Dr Putri Eyanoer Ms.Epi.,Ph.D.Tim Dokter dari YCPSI, Minggu (04/09/2022).

Di kegiatan tersebut, seorang ibu di Desa Nalawô, Kecamatan Bawölato, Kabupaten Nias awalnya datang dengan satu anak, kemudian ia datang lagi membawa tiga anak lainnya setelah mereka tahu ada pemeriksaan gratis. Hal ini juga terjadi di kabupaten lain, sehingga peserta yang datang melebihi kapasitas namun semua mendapat akses.

Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) bagi lebih dari 50 ibu hamil di Nias dengan mendatangkan Dokter Spesialis Obgyn dari Jakarta. “Warga sangat antusias dengan pemeriksaan yang YCPSI gelar karena menurut pengakuan rata-rata warga yang datang, mereka sangat minim pergi ke puskesmas untuk sekadar memeriksakan kehamilan, bahkan banyak dari mereka yang tidak pernah memeriksaan kesehatannya,” kata wanita berhijab yang akrab disapa Dr Putri.

Dalam kegiatan tersebut, ada 10 dokter yang turun tangan yakni dokter Spesialis Obgyn (SpOG), dokter Radiologi, Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT), dua dokter spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin (SpKK), dan lima dokter umum.

Selain pemeriksaan dan pengobatan, kegiatan tetap diisi dengan edukasi oleh Fotarisman Zaluchu PhD dan Dr Putri PhD. Fotarisman seorang akademisi di Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan putra daerah Nias yang turut bersama dalam YCPSI mengentas stunting di Pulau Nias. Sehingga di setiap kegiatan edukasi, suasana dapat mencair dengan menggunakan bahasa setempat.

Pada 30 Juni hingga 3 Juli, YCPSI yang terdiri dari dokter, dosen, dan pemerhati kesehatan mengunjungi beberapa tempat dan berbicara dengan para pejabat, tokoh masyarakat, pemuka agama, serta masyarakat setempat di Pulau Nias.

Kegiatan Pertama dalam program kerjanya, YCPSI memakai metode pendekatan sosial budaya. Ini diterapkan pertama kali di Kepulauan Nias. Di mana, YCPSI membagikan buku edukasi dalam terjemahan Bahasa Nias.

Ketua Umum  Yayasan Cahaya Peduli Semesta Indonesia, Dr dr Cashtry Meher M Kes MKed (DV) Sp.DV.yang menuliskan buku berjudul “Da ta’uduni wa’akõ’õfõ” atau “Ayo Kita Melawan Stunting” dengan bantuan Seniman dan Budayawan Nias, Drs Yas Harefa.

Di pertemuan kedua, YCPSI mengedukasi warga dengan informasi terkait ASI eksklusif dan FGD, serta pemahaman lebih lanjut. Sedangkan di pertemuan ketiga edukasi memasuki tahap pemahaman lebih lanjut mengenai perkembangan otak anak sejak dalam kandungan hingga usia lima tahun dan variasi makanan yang dapat diberikan pada anak setelah bayi memasuki tahap MPASI pada usia lebih dari enam bulan.

“Edukasi stunting yang dilakukan CPSI bukan hanya menyampaikan materi faktor risiko dominan dari stunting. Yang perlu diperhatikan dan disikapi, tetapi sekaligus melibatkan para suami ataupun aktor lain dalam keluarga,” kata Dr Putri.

Menurut pengakuan beberapa narasumber, kendala di Kepulauan Nias adalah minimnya akses transportasi serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat termasuk tidak adanya perhatian terhadap gizi anak.

Kegiatan YCPSI yang berkelanjutan menunjukkan perkembangan yang sangat baik yang dibuktikan dengan semakin besarnya antusias para suami dalam diskusi. Ini mengubah stigma bahwa hanya istri yang mengurus rumah tangga dan anak bagi etnis asli di Pulau Nias.

“Melalui program pengobatan gratis dan edukasi stunting di Pulau Nias, kita merangkul tidak hanya masyarakat untuk terlibat aktif dalam pencegahan stunting, tetapi juga stakeholders lokal, pemerintah, maupun rohaniwan di mana YCPSI bekerjasama dengan Gereja BNKP dan para jemaatnya di awal kegiatan di Nias,” kata Ketua Umum YCPSI Dr. dr. Cashtry Meher.

YCPSI telah melaksanakan penutupan edukasi penurunan stunting yang dirangkai dengan pengobatan gratis pada tanggal 23 Agustus 2022 di Gereja BNKP Tuwuna, Nias Barat.

Wakil Bupati Nias Selatan, Firman Giawa, SH., MH, memberikan dukungan dengan menghadiri kegiatan di Nias Selatan.

Kegiatan mendatang berupa program pendekatan berbasis kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan masih ada dalam rancangan YCPSI.

Kondisi Stunting Pulau Nias

Di Pulau Nias, Kabupaten Nias, Nias Selatan, dan Nias Utara merupakan zona merah dengan angka prevalensi di atas 30 persen. Sementara Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli, saat ini berada di zona kuning dengan prevalensi stunting di bawah 30 persen.

Berdasar Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, kondisi stunting di Sumatra Utara sangat memprihatinkan. Tercatat 13 dari 33 kabupaten dan kota berstatus merah alias memiliki prevalensi stunting di atas angka 30 persen.

Selain itu, Sumatra Utara, berada di peringkat lima besar provinsi di Indonesia dengan jumlah balita stunting atau kerdil terbanyak setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten.

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini