Perempuan seringkali tak nyaman dengan organ intimnya, terutama di usia di atas 35 tahun. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab. Vagina bisa menjadi kurang elastis dan mengendur karena beberapa faktor, seperti: melahirkan lebih dari 3 kali, proses penuaan, obesitas, hysterectomy (operasi pengangkatan rahim), dan merokok. Ciri vagina kurang elastis antara lain tidak bisa menahan kencing saat batuk, bersin, dan tertawa. Namun, kini banyak alternatif yang bisa menjadi pilihan untuk meremajakan kembali area V. Berikut ini beberapa cara peremajaan vagina yang bisa dilakukan baik dengan operasi maupun tanpa operasi.
Vagina Rejuvenation PRP dengan HA Filler
Rasa tak percaya diri karena perubahan bentuk daerah intim dan tak nyaman saat berhubungan karena kering dan sakit membuat perempuan malas untuk berhubungan seksual. Vagina Rejuvenation dengan Hyaluronic Acid (HA) Filler dapat membantu memperbaiki keluhan tersebut.
Usia menua dan proses melahirkan membuat miss V menjadi kering, longgar, kempis, dan kehilangan elastisitas. Kondisi Miss V yang tak prima meresahkan kaum perempuan dan mempengaruhi kualitas hubungan seksual.
Vagina Rejuvenation mengatasi berbagai keluhan pada miss V dengan menggunakan injeksi HA Filler yang memang khusus untuk vagina, dan tidak sama dengan HA filler untuk perawatan wajah. Perawatan Vagina Rejuvenation ini dapat memperindah kembali bentuk area kewanitaan, meningkatkan sensitifitas, membantu melembabkan, dan mengurangi rasa sakit saat berhubungan intim. Tindakan Vagina Rejuvenation ini juga bisa membantu perempuan yang sering mengalami gatal kronis pada area vagina yang tidak jelas penyebabnya.
Dr. Mimin Sulistyowati dari Madeline Beauty Center Jakarta menjelaskan, ada beberapa jenis perawatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. “Pada pasien usia di bawah 40 tahun dan tanpa keluhan khusus, peremajaan vagina bisa dilakukan dengan PRP atau Platelet Rich Plasma dan HA Filler yang disuntikkan di luar dan di dalam vagina untuk meremajakan sel-sel mukosa dan sel kulit di area kewanitaan, ” ujarnya.
Sementara pada wanita yang menjelang dan sudah menopause, menurunnya hormon estrogen membuat vagina kering sehingga nyeri saat hubungan seksual. Perawatan area intim dengan HA filler dapat merehidrasi atau melembabkan kembali vagina dan mengatasi keluhan tersebut.
Hubungan seksual juga dapat semakin nikmat dan berkualitas dengan terapi ini. “Ada terapi pada area G-spot, untuk meningkatkan sensitifitasnya sehingga saat berhubungan intim lebih mudah terjadi orgasme,” kata Dr. Mimin lebih lanjut. Selain itu, bagi perempuan yang tidak percaya diri dengan daerah kewanitaannya bisa melakukan terapi untuk estetika supaya bentuk vagina nampak seperti saat masih gadis.
Daya tahan perawatan Vagina Rejuvenation ini sekitar 6-12 bulan, dan dipengaruhi oleh frekuensi hubungan seksual. Efek samping yang mungkin timbul adalah memar dan tidak boleh melakukan hubungan seksual selama seminggu pasca terapi.
Laser
Selain Vagina Rejuvenation dengan PRP dan HA Filler, ada metode lain yang bisa dipilih untuk peremajaan kembali vagina yaitu dengan laser. Metode laser vaginal tightening ini bisa dilakukan pada perempuan sebelum dan sesudah menopause maupun pasca melahirkan.
Cara kerja laser pada vaginal tightening ini panas yang dihasilkan dari sinar laser akan membantu memproduksi kolagen baru dan elastin yang meningkatkan otot, kekuatan, dan menambah elastisitas vagina. Sekali perawatan memakan waktu sekitar 15-30 menit, dan terapi ini perlu diulang beberapa beberapa kali sampai mencapai hasil yang diinginkan. Pasien dapat segera kembali beraktivitas normal dan dapat berhubungan seksual kembali 3 hari pasca laser vaginal tightening.
Vaginoplasty
Pada kasus tertentu yang tidak dapat ditangani dengan peremajaan tanpa operasi, vaginoplasty dapat menjadi alternatif solusi. Vaginoplasty memperbaiki dan menyambungkan kembali otot-otot yang terpisah, dan membuang jaringan berlebih, menguatkan otot dasar panggul, dinding vagina, dan perineum. Tindakan ini diyakini dapat memperbaiki bentuk dan meningkatkan kepuasan seksual. Pada vaginoplasty pasien bisa dibius lokal atau total. Efek samping vaginoplasty antara lain : pendarahan, bengkak, infeksi, hilangnya kepekaan vagina, dan lainnya. Perawatan pasca operasi juga harus dilakukan dengan baik, setidaknya 3-6 minggu tidak melakukan hubungan seksual. Agar terhindar dari infeksi dan menguatkan jahitan pada area vagina.
Perempuan yang telah menjalani vaginoplasty dianjurkan tidak melahirkan kembali secara normal, karena dapat merusak hasil vaginoplasty, sehingga sebaiknya dilakukan oleh perempuan yang tidak berencana memiliki anak lagi.
Labiaplasty
Labiaplasty merupakan sebuah tindakan untuk memperbaiki bentuk bibir vagina (labia). Operasi ini populer tidak hanya alasan kesehatan namun juga untuk mempercantik daerah intim. Labiaplasty dilakukan dengan memotong kelebihan kulit dari labia mayora dan labia minora, serta sekitar vulva.
Pasca labiaplasty sebaiknya tidak berhubungan intim sekitar 4-6 minggu. Tindakan ini merupakan operasi ringan dan bisa menggunakan bius lokal atau total. Efek samping yang bisa terjadi antara lain: pendarahan, pembengkakan dan infeksi, kerusakan saraf yang mengganggu sensitivitas vagina.
Perawatan Vagina Sejak Dini
Vagina berhubungan langsung dengan leher rahim dan rahim, sehingga perlu dirawat dengan baik. Perawatan area genital bisa dilakukan sejak usia muda antara lain dengan latihan kegel yang berfungsi mengencangkan otot dasar panggul yang berfungsi untuk mendukung rahim, dubur, usus kecil dan kandung kemih.
Selain itu jika saat berhubungan seksual terasa sakit atau sering mengalami keputihan tidak normal atau patologis (berbau, berwarna, berlebihan, gatal, panas, dan lainnya) segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Pap smear juga sebaiknya dilakukan setahun sekali bagi perempuan yang sudah berumah tangga, untuk deteksi dini kanker serviks. Olahraga juga dapat menguatkan otot panggul, dan otot vagina seperti plank, sit up, squat, dan lunges. Jika mengalami obesitas, turunkan berat badan dan stop merokok. (mela/jp)