SELAMA ini lelaki menjadi seorang pelopor adalah hal yang biasa. Lelaki cenderung dominan dibanding wanita dalam hal memimpin. Namun, lain halnya dengan wanita muda nan cantik kelahiran kota Medan ini.
Sylvi Dhe Angesti, mahasiswi yang baru menempuh pendidikan Strata 1 (S1) di salah satu Universitas ternama provinsi Sumatera Utara, merupakan satu diantara banyaknya perempuan yang peduli akan gerakan internet sehat. Keprihatinan terhadap para pengguna aktif internet yang dominan menggunakan internet tidak tepat adalah dasar terciptanya gagasan untuk menggerakkan internet sehat.
“Dhea ngerasa miris sih liat para pengguna internet sekarang ini. Mereka lebih banyak menyalahgunakannya daripada memanfaatkan internet itu. Padahal kalau dipergunakan secara benar, banyak hal positif yang kita dapatkan dari internet itu. Makanya, Dhea tergerak untuk buat edukasi yang berkaitan dengan internet sehat. Selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya untuk anak sekolahan”, ungkapnya.
Internet, diuraikan Dhea merupakan media penyaji informasi yang sangat luas. Kehadirannya bak jendela dunia yang membuka cakrawala, menembus batas, dan membukakan kebekuan sumber informasi. Dengan adanya internet, kita dapat mengirim e-mail, melakukan panggilan melalui internet, mendiskusikan berbagai topik, hingga dapat berniaga melalui jejaring internet.
“Internet tidak mengenal batas usia, strata sosial, pendidikan, bahkan waktu. Sehingga kapan pun, dan dimana pun kita dapat mengakses informasi lewat internet sesuai keperluan dan keinginan dengan biaya yang sangat murah. Internet diibaratkan sebagai dua sisi mata uang dan pisau bermata dua, selalu ada positif dan negatifnya. Belum lagi sekarang ini internet dapat dengan mudah diakses oleh semua orang. Hanya dengan menggunakan perangkat yang dimiliki plus paket internet dari operator, semua orang bisa menjelajahi segala hal di dunia maya,” ujarnya.
Dhea, yang baru-baru ini terpilih sebagai top 15 Miss Internet Indonesia 2017 dari 36 finalis di seluruh Indonesia, mengaku senang sekaligus bersyukur bisa mengikuti ajang Miss Internet Indonesia 2017 karena mendapatkan banyak pengalaman serta wawasan seputar internet. Sehingga pengalaman dan wawasan yang ia dapatkan dikarantina selama 1 minggu dapat ia bagikan ataupun sosialisasikan kepada masyarakat Sumatera Utara.
“Meskipun tidak terpilih menjadi Miss Internet Indonesia, Dhea tetap bersyukur karna udah masuk top 15 Miss Internet Indonesia 2017 dan bisa bawa nama provinsi Sumatera Utara juga. Dhea mau bagikan pengalaman dan juga ilmu yang Dhea dapat selama disana, jadi bisa diaplikasikan nantinya sama masyarakat Sumut,” ujarnya sambil tersenyum.
Sebelumnya Dhea telah melakukan kegiatan sosialisasi ke berbagai sekolah yang ada di Kota Medan maupun luar Kota Medan. Dhea memberikan edukasi seputar internet sehat, mengajarkan cara memilah konten-konten media yang bersifat positif, memberitahukan tentang hoax, cyber crime, dan lain sebagainya. Ia mengajak seluruh pelajar agar mengetahui dan paham akan internet sehat. Tidak hanya itu saja, seluruh pelajar juga harus mengaplikasikannya sehingga gerakan internet sehat dapat merubah sikap dan perilaku pengguna aktif internet menjadi pengguna yang cerdas berinternet.
Dhea juga mengajak teman-teman kampusnya untuk ikut serta berperan dalam menggerakkan internet sehat. “Peran anak muda sangat dibutuhkan dalam menggalakkan gerakan ini. Karena sebagian besar pengguna aktif internet adalah anak muda. Selain itu juga karena anak muda adalah penerus bangsa. Sehingga harus ada peranan langsung dari mereka untuk menghasilkan perubahan positif bagi negeri ini”,” jelasnya.
Namun, diakuinya mengajak orang-orang bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Tidak semua orang memiliki respon positif atas tujuan yang kita canangkan. Bahkan ada yang meremehkan gerakan tersebut, tidak yakin gerakan internet sehat akan terus berjalan kedepannya. Tapi Dhea memiliki tekad yang kuat dan optimis kalau gerakan internet sehat akan terus berjalan dan melalui gerakan ini juga bisa menciptakan perubahan yang lebih positif dalam penggunaan internet.
“Meskipun gak mudah ngajak orang-orang untuk menggalakkan gerakan internet sehat ini, Dhea yakin dan percaya kalau cepat atau lambat gerakan ini akan menyebar luas. Jika telah sukses di Sumatera Utara, inshaallah gerakan ini akan dikembangkan ke seluruh Indonesia,” ujarnya.
Gerakan internet sehat yang diharapkan dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia harus dilakukan bersama seluruh elemen masyarakat, terutama dari pihak pemerintahan Indonesia. Peranan dari pemerintah sangat dipentingkan sebab gerakan ini akan sukses menyebar luas di Indonesia bila seluruh elemen bekerjasama untuk mewujudkan satu tujuan, penggunaan internet sehat.
Dhea berharap pemerintah turut andil dalam menggalakkan gerakan internet sehat ini. Ia juga berencana untuk mengajak Pemerintah Kota (Pemko) Medan agar ikut terlibat dalam mensosialisasikan gerakan internet sehat kepada masyarakat kota Medan.
“Dalam waktu dekat Dhea mau ngajak Pemko Medan untuk bekerjasama dalam pemberian edukasi seputar gerakan internet sehat. Sehingga gerakan ini cepat menyebar ke seluruh daerah yang ada di Sumatera Utara. Dengan begitu, gerakan ini bisa ditingkatkan secara nasional. Nah, jadi bukan cuma Pemko Medan saja yang ikut serta, tapi pemerintahan Indonesia juga harus berperan. Kalau seluruh elemen masyarakat mau bekerjasama, pasti kedepannya akan lebih mudah melakukan gerakan internet sehat. Dan pada akhirnya anak Indonesia menjadi lebih cerdas dan kreatif dalam berinternet,” pungkas Dhea. (*/jp)