Kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata sangat penting dalam daya saing industri pariwisata terutama menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Skill yang terukur dan memiliki daya saing dengan SDM pariwisata luar negeri akan menjadi kekuatan dalam peningkatan ekonomi nasional dari sektor ini. Hal ini terungkap dalam seminar pariwisata bertajuk “Memajukan Industri Pariwisata Sumatera dengan Memaksimalkan Potensi Wisata Lokal dan Meningkatkan Daya Saing Industri Melalui Sertifikasi”, yang digelar di Medan, Jumat (11/9). Hadir sebagai pembicara Sekretaris Deputi Kementerian Pariwisata RI Mumus Muslim, Ketua DPP PHRI/Wakil Ketum Kadin Bidang Pariwisata Johnie Sugiarto, Direktur Komersil II PT Sucofindo Sufrin Hanan, dan Deputi Direktur Bank Indonesia Sumut Budi Trisnanto.
Dalam paparannya Johnie mengingatkan bahwa MEA sudah di depan mata. Dalam era MEA sejumlah sektor termasuk pariwisata memiliki peluang untuk tumbuh. Oleh karena itu perlu persiapan strategi yang jitu. Selain peningkatan kualitas SDM, penguatan produk dan jasa, diperlukan juga peningkatan implementasi teknologi pada pelaku usaha pariwisata. Senada dengan itu Sufrin Hanan mengatakan bahwa industri pariwisata memerlukan pembangunan infrastruktur dan sarana yang berkualitas. Ia menyebutkan bahwa sesuai dengan Permen Pariwisata mulai tanggal 3 Oktober 2015, semua hotel harus sudah memiliki sertifikasi. Gunanya untuk menjamin kualitas produk, pelayanan, dan pengelolaan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan tamu. “Seluruh hotel di Indonesia harus memperhatikan ini,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Budi Trisnanto, mengungkapkan bahwa Sumut memiliki potensi wisata yang besar. Sebagai penduduk ke-4 terbesar di Indonesia, daerah ini memiliki sumber daya potensial seperti luas wilayah, aneka kuliner dan destinasi wisata yang sangat menarik. Meski demikian, berdasarkan survei wisatawan mancanegara BI 2014 yang dilakukan dengan memberikan kuesioner ke 500 wisman di terminal keberangkatan Bandara Kualanamu ditemukan bahwa hal utama yang perlu segera dibenahi pariwisata Sumut adalah infrastruktur, pelayanan publik, serta kesiapan masyarakat setempat. Hal ini menyangkut sikap ramah tamah pelaku wisata dan kenyamanan wisatawan yang berkunjung. “Perlu kerja sama dan komitmen bersama dari seluruh stakeholders untuk memajukan industri pariwisata di Sumut khususnya,” ujar Budi.
Sementara itu, Mumus Muslim mengatakan pariwisata memiliki potensi untuk menjadi penggerak ekonomi. Data Kementerian Pariwisata menyebutkan, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Januari-Juli 2015 mencapai 5,5 juta wisman. Angka ini mengalami kenaikan 2,6% dari periode sebelumnya di tahun 2014 yang berjumlah 5,3 juta wisman. Peningkatan ini menunjukkan pentingnya terus meningkatkan kualitas produk dan jasa agar industri wisata semakin bergairah dan bisa menjadi sumber ekonomi yang mensejahterakan. (D/jp)