Mengenakan gamis hitam bermotif bunga dan jilbab merah jambu, Sutias menyambut Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) dengan senyuman di rumah dinas gubernur Minggu siang kemarin (16/8). Saat ini, sosok Sutias Handayani sebagai istri gubenur Sumatera Utara yang sedang terlibat kasus dugaan suap hakim PTUN, memang tak luput dari incaran media. Terlebih pada pilihan Sutias yang tak ingin banyak bicara di publik.
Pertemuan ini berlangsung santai, karena FJPI ingin bertemu sambil diskusi ringan dengan salah satu pembina FJPI ini. Pembicaraan tidak terlepas dari momen Pilkada yang sebentar lagi akan dihelat oleh 25 kabupaten/kota di Sumut. Seperti biasa, Sutias berbicara dengan gayanya yang kalem dan sesekali dia bercanda. Obrolan yang awalnya sedikit kaku berangsur-angsur mencair, bahkan saat ia mengungkap pemikirannya terkait kepemimpinan di Sumut. Sutias berpesan khususnya kepada seluruh perempuan di Sumatera Utara untuk ikut menyukseskan pemilihan kepala daerah (Pilkada) kabupaten/kota yang sebentar lagi akan dilangsungkan. Peran perempuan sebagai pemilih harus digunakan dengan sebaiknya dengan menjadi pemilih cerdas.
“Pilihlah calon dengan akal cerdas. Jangan sungkan untuk aktif mencari tahu bagaimana sosok calon yang akan dipilih. Pilih yang baik, terbaik. Orang bersih pun bisa jadi kotor di jalan, karena lingkungan yang mempengaruhi,” tegasnya.
Perempuan kelahiran 22 Mei 1964 ini berharap semoga kepemimpinan yang akan datang bisa belajar dari yang sebelumnya. Yakni, fakta bahwa gubernur Sumatera Utara dua kali berkasus hukum, dua kali walikota Medan juga mengalami hal yang sama. “Ya inilah dua kali kepemimpinan Sumut dan Medan terkena kasus. Memang terkesan seolah-olah provinsi lain bagus-bagus, padahal belum tentu. Sebab bisa jadi parah namun bisa menutupi jadi aman-aman saja,” bebernya.
Siapa saja, lanjutnya, dengan predikat perempuan yang beragam latar belakang bisa turut andil memajukan Sumatera Utara. “Yang paling penting berbuat baik terhadap sesama, berbuatlah sebaik-baiknya. Tetaplah berbuat baik dalam kondisi apapun. Meski dalam kondisi ditimpa musibah sekalipun,” tegasnya.
Dia tak menutup mata saat sebagian kalangan menilainya terlalu santai saat keluarganya ditimpa masalah. Baginya, musibah yang terjadi adalah sebuah pelajaran hidup. “Saya bersedih iya pasti, tapi tidak mau berlarut dalam kesedihan ini. Setiap cobaan pasti ada hikmahnya,” tegas mantan anggota DPRD Deliserdang ini.
Sutias mengaku bersyukur, dalam kondisi ini dirinya memiliki anak-anak yang sudah bisa memahami situasi. Bahkan, kelima anaknya mampu jadi obat sedihnya. Matanya berkaca-kaca begitu tahu tidak sedikit yang memberi dukungan. “Saya sangat berterima kasih bisa terjadi pertemuan ini. Bertemu dengan adik-adik semua yang punya beragam karakter, saya banyak berlajar. Semoga doa adik-adik semua bisa menguatkan dan menyemangati saya. Karena saat ini, doa-doa sangat membantu,” ungkap alumni D3 Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta ini.
“Ternyata memang masih banyak yang mendukung. Misalnya saat saya hadir di acara Hari Veteran kemarin, banyak yang mendukung. Ini yang membuat semangat saya makin besar. Walaupun nanti harus melepas semua jabatan, misalnya tidak lagi jadi Ketua Tim Penggerak PKK, insya Allah saya akan terus berusaha melakukan sesuatu untuk Sumut. Kawan-kawan ada yang bilang, kalau ibu lepas nanti kami ikut. Saya enggak mau begitu, nanti kesannnya kok saya keluar malah bawa gerbong,” ungkapnya.
Untuk dunia jurnalistik, Sutias menekankan kepada wartawan agar menulis yang bisa bermanfaat untuk banyak orang. Dia membebaskan bagaimana pemberitaan saat ini yang berkembang, karena dinamika dunia pemberitaan memang seperti itu. Namun, dia berharap dalam menulis suatu berita harus dengan hati. “Hati yang bisa ditanya, bagaimana perasaan orang lain saat membaca berita atau mengalami. Hati tidak bisa disogok dalam menulis. Jurnalis menulis apa yang memang terjadi dan bukan pesanan si objek berita,” paparnya.
Dia mengakui, di beberapa pemberitaan kadang ada yang tidak sesuai. Semisal, saat lebaran dirinya diberitakan pulang ke rumah orang tuanya di Tanjung Morawa. Padahal rumah orangtuanya di Amplas. “Rumah siapa yang di Tanjung Morawa? Ya kadang cuma bisa senyum saja. Lebih banyak membiarkan daripada menanggapi,” ucapnya tersenyum.
Sementara itu, Ketua FJPI Ramdeswati Pohan mengungkapkan bahwa pertemuan ini berarti. Beberapa hari sebelumnya, FJPI berinisiatif menghubungi beliau dengan niatan berjumpa dan berbincang. Ternyata beliau langsung membalas dan menentukan hari pertemuan. “Kami sangat senang bisa saling diskusi tentang kegiatan ke depan yang bisa dilakukan untuk masyarakat. Karena, kami juga masih butuh nasehat dari beliau,” timpalnya.
Perjumpaan ini sangat mengesankan. Apalagi selain pengurus FJPI, pertemuan ini juga dihadiri Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Deliserdang, Timo Dahlia yang selama ini aktif sebagai mitra FJPI dalam berbagai kegiatan. (Nina Rialita/jp)