Senin (21/9), waktu menunjukan pukul 07.30 WIB. Kamar Bedah Instalasi Gawat Darurat (IGD) lantai 2 yang dijadikan tempat operasi transplantasi hati, Syafri Yasid (62) penduduk Jalan Salak, Medan, dengan pendonor yang merupakan anak kandungnya sendiri, Yovid Fedri (31) dilaksanakan, terlihat sepi. Di pojok ruang bedah itu dua petugas duduk menjaga di depan pintu ruangan yang tertutup rapat. Dua lembar kertas berisikan urutan nama tim dokter, perawat baik dan petugas lainnya dari RSUP H Adam Malik maupun dari Korea sebanyak 55 orang terlihat sudah dicek list oleh si empunya nama.
“Tidak ada yang boleh masuk. Semua tim dokter, termasuk dari Korea sudah di dalam. Kalau pun mau masuk coba lihat list nama di sini,” ujar petugas yang mengenakan jilbab itu sambil mengarahkan telunjuknya ke kertas yang ada di hadapannya kepada beberapa dokter yang menghampiri meja mereka, termasuk staf humas RSUP H Adam Malik, Khairul.
Beberapa dokter, petugas dan staf humas kemudian menuju lantai 4 dengan menggunakan lift. Di sana, di ruangan yang telah disediakan itu sudah terpasang dua layar berukuran 2 X 2 meter yang ditempel di dinding. Hanya saja layar tersebut masih kosong. Bahkan teknisinya juga belum hadir.
Di sana juga terlihat beberapa dokter duduk menunggu di barisan depan yang memang tersedia. Di antara para dokter itu, Azriati (62), isteri Syafri Yasid yang menjalani transplantasi hati ditemani anak perempuan satu-satunya juga sudah berada di sana.
Wajahnya terlihat sedikit tegang, seolah tak sabar melihat langsung jalannya operasi yang baru pertama kali dilaksanakan di Sumut, bahkan se-Sumatera. Dia belum dapat berkomentar banyak terkait transplantasi hati yang dijalani oleh orang-orang yang dikasihinya itu. “Saya ditemani anak saya. Yang donor hati adalah anak bungsu saya,” kata ibu dengan tiga putra dan satu putri ini.
Yovid Fedri, lanjutnya, merupakan putra bungsunya yang sudah menikah dan dikaruniai seorang anak. “Saat ini, isterinya maupun abang, kakak Yovid juga ada di sini, menunggu operasi ini selesai,” tuturnya seraya berharap transplantasi itu berjalan lancar dan keduanya pulih seperti sedia kala.

 

DSC_0187
Berselang beberapa menit, teknisi pun sudah hadir. Dia mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk infokus. Hanya sebentar, di layar di sebelah kiri sudah nampak para dokter bekerja membedah dada pendonor alias Yovid Fedri. Begitu juga dengan layar sebelah kanan, dokter sudah melakukan tugasnya mengoperasi Syafri Yasid. Dalam operasi itu, tim dokter menggunakan alat-alat yang sangat canggih. Saat membelah dada Yovid, tidak banyak darah yang terlihat keluar. Begitu juga, saat dokter membelah hati Yovid, tak ada setetespun darah membasahi hatinya. Tim dokter terlihat sangat berhati-hati memotong jaringan hati yang sangat lunak itu.
Seiring dengan tim dokter melaksanakan tugasnya di ruang bedah, tak lama, Direktur SDM Purnamawati hadir. Hanya berselang beberapa menit Direktur Utama RSUP H Adam Malik Yusirwan Yusuf, Direktur Umum dan Operasional Syamsuddin Angkat, Direktur Medik dan Keperawatan Mardianto, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Usma Polita juga hadir menyaksikan jalannya operasi itu. Persiapan transplantasi hati ini sudah lama dilakukan. Banyak hal yang dipersiapkan untuk memantapkannya. Termasuk kesiapan dokternya, dr Budi Irwan dan dr Erjand Fikri yang sempat mengikuti pendidikan di Korea selama tiga bulan.

Sekira pukul 7 malam, 12 jam kemudian, operasi transplantasi hati itu selesai. Tim dokter bedah keluar ruangan dan menyebutkan bahwa operasi berhasil dilakukan. Tinggal menunggu respon organ tubuh pasien pasca operasi. Setelah bius habis, terlihat kedua pasien sedarah itu sudah sadar dan bisa berkomunikasi dengan tim medis, namun pihak keluarga belum bisa menemui. Baik pihak keluarga maupun tim dokter RS Haji Adam Malik sangat bersyukur operasi bedah ini berjalan lancar.

Transplantasi hati merupakan sa­lah satu bentuk usaha RSUP H Adam Malik Medan (HAMM) menjadi pu­sat rumah sakit berskala nasional, di wilayah Su­matera khususnya. Namun untuk menjadi rumah sakit nasional, harus ada pelayanan rujukan yang harus dikelola rumah sakit, minimal lima provinsi. Operasi ini meru­pakan salah satu bentuk rencana yang dituangkan dalam rencana strategis bisnis yang dikembangkan sekali da­lam lima tahun. Biayanya bisa mencapai Rp1,5 miliar. Namun untuk operasi perdana ini, biaya akan ditanggung BPJS dan RS Adam Malik sendiri.

“Transplantasi hati ditetapkan ka­rena kami punya tenaga atau SDM (sumber daya manusia), yang sejak jauh hari sebelumnya sudah diper­siap­kan untuk tindakan operasi ini. Pelaksanaan operasi transplantasi hati ini mungkin di luar Jawa baru dila­kukan di RS HAMM. Jawa pun baru Surabaya, Jakarta dan Semarang,” jelas Direktur Utama RSUP HAMM, Yusirwan Yusuf kepada wartawan yang turut didampingi Prof dr Bach­tiar Surya, dr Budi Irawan, dr Erjand Fikri, dr Akhyar SpAn, dr Luwi Wibi­sono SpAN, Direktur Medik dan Ke­perawatan dr Mardianto SpPD, serta dokter dan perawat Korea di ruang rapat RSUP HAMM. (O/jp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini