Memiliki keturunan adalah impian setiap pasangan suami isteri setelah menikah. Ada pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan, sudah dikarunia anak. Banyak juga pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun, namun tak kunjung dikaruniai anak. Berbagai carapun dilakukan demi mendapatkan momongan untuk mewarnai biduk rumah tangga mereka. Nek Siti Maryam, perempuan kelahiran 12 Desember 1942 silam adalah salah seorang yang turut membantu pasangan suami isteri untuk mendapatkan keturunan dengan cara tradisional. Ia tinggal bersama kedua cucunya di Jalan Krakatau Pasar III, Gang Seriti, Medan.
Ditemui di kediaman yang ia sewa sejak tiga tahun lalu, sosok nek Siti Maryam masih tampak kuat diusianya yang mencapai 73 tahun pada 12 Desember 2015 kemarin. Urat-arat di tangannya juga tampak menonjol keluar. Saat ditemui, Nek Maryam sapaan akrabnya juga masih melakukan pekerjaan rumah sendirian. Nek Maryam menuturkan, ia sudah banyak membantu pasangan suami isteri yang ingin mendapatkan keturunan sejak ia masih berusia 30 tahun. Ia mendapatkan resep mengobati penyakit orang termasuk pasangan yang ingin punya keturunan dari sang nenek.
“Sebelum nenek saya meninggal, nenek saya berpesan kepada saya. Bantulah orang-orang yang meminta bantuan kepada kita, karena kita sama-sama manusia. Kalaupun kita dicaci, jangan kita balas mencaci. Lebih baik kita menolong orang dari pada membenci orang. Insyaallah, kalau kita ikhlas Allah akan menolong kita. Saya dengarkan pesan nenek saya itu,” kata Nek Maryam, mengenang petuah sang nenek.
Diceritakannya, sudah banyak orang yang datang untuk meminta pertolongannya demi mendapatkan keturunan. Yang datang kepadanya dari mulai usia pernikahan 8 tahun sampai 20 tahun. Bahkan, ada juga yang sudah 40 menikah tapi tak kunjung punya anak. “Kadang-kadang, saya nggak ingat lagi sama pasien yang tiba-tiba datang lagi ke rumah, saking sudah banyaknya yang datang. Tahu-tahu datang sudah membawa anak. Mereka kadang datang membawakan hadiah untuk saya, kebanyakan mukenah. Sampai-sampai, mukenah saya satu lemari. Itupun saya bagi-bagikan ke anak cucu,” ujarnya.
Baginya, tidak ada duka yang dialaminya saat membantu pasangan suami isteri untuk mendapat keturunan, jika itu dilakukan dengan ikhlas.
“Pertama kali, saya memang bertanya sudah berapa tahun usia pernikahannya. Lalu, saya periksa dulu kondisi perut isterinya. Kadang, ada yang ada bibitnya, ada juga yang tidak. Kalaupun tidak ada bibitnya, saya tidak mau mengecilkan hatinya. Saya kasih resep untuk isteri dan suaminya. Karena biasanya kalau tidak ada bibit, berarti sperma suaminya cair,” terang ibu dari lima anak ini.
Setelah memeriksa kondisi perut pasien, barulah Nek Maryam memijat daerah perut. Setelah itu Nek Maryam membuat ramuan jamu untuk diminum pasiennya. Ia pun lalu memberikan resep jamu yang diramunya untuk pasien. Di antaranya, kunyit, kencur, gula merah, kayu manis yang diblender jadi satu. Setelah diblender, hasilnya direbus dan disaring.
“Air yang sudah disaring itulah yang diminum, ampasnya dibuang. Selain mesti minum jamu yang saya buat, saya juga menyarankan agar isterinya makan sayur tauge. Selain itu air dari tauge juga bisa diminum, taugenya direbus, lalu diblender dan setelah diblender disaring, air yang sudah disaring itulah yang diminum. Setiap pagi dan malam harus minum sampai tidak datang bulan lagi,” katanya.
Tidak hanya untuk sang isteri, Nek Maryam juga memberikan resep untuk suaminya. Setiap suami harus mengkonsumsi telur ayam kampong yang asli. Apa yang disarankan kepada pasien, menurut Nek Maryam itu merupakan ajaran dari almarhum neneknya dahulu. Selain diajari bagaimana cara memijat dan membuat ramuan jamu, neneknya juga mengajarinya membaca doa-doa melalui ayat Al-quran.
“Kata nenek saya, mengobati orang itu tidak hanya dengan usaha saja, tapi juga berdoa. Setiap ada pasien yang datang, saya harus puasa Senin dan Kamis. Lalu, saya pijat tiga kali dan saya membuat ramuan jamu untuk pasien. Dan, yang terakhir saya harus bersedekah kepada anak yatim dan orang-orang yang lebih susah dari saya,” kata Nek Maryam yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara ini. (E/jp)