MANADO – Keamanan perempuan menjadi topik dari seminar dan diskusi yang digelar oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sulawesi utara (Sulut) bersama Honda — PT Daya Adicipta Wisesa (DAW), Jumat kemarin (11/4).  Dihadiri 60 peserta kegiatan yang semuanya adalah perempuan, dengan aktiviatas sebagai mahasiswa, pelaku UMKM, ASN, akademisi dan aktivis serta sahabat disabilitas yang tergabung dalam Himpunan Wanita Disabilitas Sulut pimpinan Chenny Wahani.

Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Kartini pada 21 April, dan Hari Maria Walanda Maramis pada 22 April mendatang. Mengangkat tema, “Perempuan Aman dan Berdaya: Warisan Kartini dan Maria Walanda Maramis untuk Generasi Masa Kini”, hadir sejumlah narasumber yang membahas perempuan dari perspektif profesinya masing-masing. Mereka adalah Ipda Deby Sanuri dari Lantas Polres Minahasa Utara, Instruktur safety riding dari Honda – DAW Agnes Mapalei SKom, Sekretaris FJPI Sulut Gracey Wakary SH, anggota DPRD Sulut sekaligus pendiri Komunitas Tumbuh Bersama Pricylia Rondo SS MPd, tim BI Sulut dan Lidya Watung SH selaku aktivis perempuan yang tergabung dalam Tim Zero Human Trafficking Suluttenggo.

Ipda Debby dan Agnes hadir dengan materi yang sama berupa mendorong para perempuan untuk taat berlalu lintas dan menjadi teladan dalam berkendara.

“Karena dalam data yang kami miliki, 27 persen pengendara yang terlibat kecelakaan adalah perempuan, dan pria 73 persen. Tapi penting diingat sekira 56 persen perempuan yang terlibat dalam kecelakaan berada di usia produktif yaitu 20 tahun hingga 29 tahun,” urai Agnes. 

Sementara Sekretaris FJPI Sulut, Gracey Wakary SH membawakan materi perjuangan Maria Walanda Maramis dan RA Kartini mendorong pemberdayaan perempuan jauh sebelum kemerdekaan.

“Tahun 1917 melalui tulisannya, Maria Walanda Maramis mendorong perempuan dewasa memiliki hak pilih tanpa harus diwakili oleh suami atau ayahnya. Dan ini menjadi momentum kita memberikan hak pilih kita dan bersuara dalam dunia politik,” terang mahasiswi Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sam Ratulangi di Whiz Prime Hotel Megamas. 

Gracey mengajak agar setiap aksi pelecehan yang terjadi untuk dilaporkan ke aparat dalam bentuk laporan polisi dan selalu menghubungi nomor telp 129 atau WhatsApp 08-111-129-129, milik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Ia mengutip data dari Komnas Perempuan yang diungkap ke publik pada Maret 2025 lalu, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas Perempuan dan mitra CATAHU pada tahun 2024 sejumlah 445.502 kasus. Jumlah kasus ini mengalami kenaikan 43.527 kasus atau sekitar 9,77% dibandingkan tahun 2023 (401.975). Dan yang paling banyak dilaporkan adalah kekerasan seksual (26,94%), kekerasan psikis (26,94%), kekerasan fisik (26,78%) dan kekerasan ekonomi (9,84%).

Peserta diskusi yang berasal dari berbagai lembaga jejaring FJPI Sulawesi Utara.

Materi yang juga antusias diikuti para peserta adalah dari Pricylia Rondo, salah satu politisi Sulut yang gencar memberdayakan perempuan melalui bidang pertanian mengajak para peserta untuk terlibat dalam pembangunan melalui sektor pertanian dan UMKM. Dia menjanjikan bantuan gratis pupuk ramah lingkungan serta bibit komoditas unggulan yang sudah tersertifikasi secara nasional.

“Jangan ragu untuk mencoba, sepanjang itu adalah kebaikan, dan ingat perempuan selalu menjaga sesama perempuan” kata lulusan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Maando, yang adalah putri dari mantan Kepala BPMS GMIM Pdt Kelly Rondo.

Tidak ketinggalan sosialisasi Program unggulan dan menarik dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulut, Wirausaha Unggulan Sulawesi Utara (Wanua), dan Petani Unggulan Sulawesi Utara (Patua), serta QRIS yang dibawakan oleh Sumiarti dan Aurel, dengan gaya kekinian. Para perempuan diajak untuk ikut serta dalam pembangunan daerah melalui pertanian dan UMKM.

Pada sesi terakhir para perempuan Sulut diminta waspada dengan aksi aksi trafficking yang makin gencar menggunakan gadget dengan modus mulai dari menawarkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi hingga love scam.

“Waspada, selalu periksa siapa yang memberikan janji pekerjaan itu, periksa perusahaan atau jika dia kenalan kita, waspadai dan cari tahu hingga detail tujuan dari tempat pekerjaan kita,” tegas Lidya.

Ketua FJPI Sulut, Susan M Palilingan SKed dalam sambutannya menyebut seminar dan diskusi ini memang sudah disiapkan jauh hari, dengan target para perempuan,dan berharap apa yang didengar bsa diteruskan pada komunitas mereka.

“Kita saling menguatkan dan mendorong akan perempuan Sulut aman dan makin berdaya,” ungkap Palilingan.

Ia sangat mengapresiasi kehadiran berbagai instansi yang datang pada kegiatan diskusi tematis hari itu. Para peserta sendiri yang hadir terdiri dari utusan Universitas Nusantara Manado, STIEPAR Manado, Unsrat Manado, Politeknik Negeri Manado, Akademisi perempuan, aktivis perempuan dari Sitaro dan Manado, ASN, Sea Soldier Sulut, perwakilan sahabat disabilitas yang tergabung dalam Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulut dan Sea Soldier dan anggota FJPI Sulut.

Nadya Kakunsi, aktivis perempuan dan lingkungan dari Sitaro juga sangat senang dengan adanya acara diskusi ini. 

“Ini jadi dorongan kami sekaligus menjadi cara untuk berjejaring dan berkolaborasi untuk sama sama mendukung pembangunan Indonesia dengan menjadikan sesama perempuan berdaya dan aman bersama,” ungkapnya. (jp/Sul)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini