Kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Provinsi Riau, Jambi dan Sumatera Selatan, membawa dampak asap hingga ke wilayah Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Sumut, khususnya Kota Medan di minta mewaspadai ancaman kesehatan akibat pencemaran udara yang terjadi.
“Kami menduga asap adalah kiriman dari Riau, Jambi dan Sumsel karena angin sekarang berhembus ke utara,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Selasa (8/9).
Dijelaskan Sutopo, dampak kemarau di wilayah Indonesia semakin meningkat. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) meluas. Berdasarkan data BMKG hasil pantauan Satelit Modis (Terra Aqua) titik api di Kalteng 523, Kalbar 161, Sumsel 155, Kalsel 80, Kaltim 70, Jambi 69, Babel 10 dan Riau 4. Asap menutup beberapa daerah sepanjang hari. Bahkan jarak pandang di Pekanbaru 2 kilometer, Pelalawan 1 kilometer, Rengat 5 kilometer, Jambi 900 meter. Asap di Riau sebagian besar berasal dari kiriman Jambi dan Sumsel.
Untuk mengatasi ini, pemadaman dilakukan Subsatgas darat, udara dan penegakan hukum. Pemadaman di darat dilakukan BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, MPA, dan masyarakat. BNPB dan BPPT terus melakukan operasi hujan buatan di empat wilayah secara serempak dengan posko di Pekanbaru, Palembang, Pontianak dan Jakarta. Hujan buatan di Riau, Sumsel dan Kalbar di prioritaskan untuk pemadaman karhutla, sedangkan di Jakarta untuk kekeringan.
“Ada empat pesawat terbang dikerahkan untuk menebarkan ratusan garam ke dalam awan-awan potensial. Hujan buatan di rencanakan hingga November 2015. Selain itu, BNPB juga mengerahkan 8 helicopter pemboman air di Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalteng,” katanya.
Meskipun karhutla di Jambi terus meluas dalam dua minggu terakhir. Namun Gubernur Jambi belum menentukan Status Siaga Darurat. Akibatnya pemadaman banyak mengalami kendala. BNPB sudah melakukan koordinasi dan meminta agar Pemda Jambi menetapkan status siaga darurat namun hingga saat ini belum dilakukan. Permintaan bantuan hujan buatan dan water bombing juga belum disampaikan Pemda Jambi kepada BNPB sehingga karhutla masih terus meluas.
“Upaya pencegahan lebih efektif di bandingkan dengan pemadaman. Karhutla sesungguhnya bisa dicegah,” tegas Sutopo.
Di tempat terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, dr Ramlan Sitompul Sp THT-KL mengingatkan masyarakat agar mewaspadai ancaman penyakit yang ditimbulkan akibat asap tak sehat ini.
“Udara yang tak bersih bisa mengancam gangguan penafasan dan bisa juga memicu berbagai penyakit lain,” kata Ramlan.
Dia mengimbau masyarakat agar sedapatnya tidak keluar rumah dulu. Namun jika tak memungkinkan, maka harus memakai masker. “Memakai masker dan minum air putih yang banyak merupakan langkah untuk mencegah ancaman penyakit tersebut,” ujarnya. Disarankan Ramlan, jika ada masyarakat yang terdampak buruk supaya segera memeriksakan diri ke dokter.
Di luar Kota Medan, kabut asap di rasakan warga Kota Binjai, Kabupaten Dolok Sanggul. Di Kabupaten Deli Serdang, banyak jadwal penerbangan terpaksa di tunda karena jarak pandang pesawat yang tidak memungkinkan untuk terbang. Bandar Udara Pinang Sori di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Bandar Udara Binaka di Kabupaten Nias juga memilih untuk tidak melakukan penerbangan.
“Jumat pagi seharusnya kami take off ke Nias. Tapi belum sempat mendarat, pesawat balik lagi ke Kuala Namu. Hari ini kami baru bisa di terbangkan ke Nias,” kata Dini Novelita, warga Gunung Sitoli.
Sebelumnya ibu dua anak ini merasa bahwa asap tidak akan mengganggu penerbangan ke Nias. Karena pesawat yang banyak delay bisanya tujuan Pekan Baru, Batam dan Jakarta. “Ternyata kami jadi korban asap, terpaksa menginap di bandara,” katanya lagi. (M/jp)