Muslimah Bisa Bergaya tapi Tetap Syar’i
Mengajak anak-anak muda muslimah untuk menutup aurat tentunya tidak gampang. Apalagi, selama ini berbusana muslimah masih terkesan kaku dan dipandang tak modis, untuk itulah Komunitas Hijabers Medan mencoba menyiarkan bagaimana caranya bergaya dengan balutan busana muslimah namun tetap bisa menutup aurat sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Lia Anggia Nasution- Medan
Berbusana muslimah itu seharusnya tidak dipandang kaku dan tak modis. Buktinya, dengan mengikuti hijab tutorial di Komunitas Hijabers, muslimah bisa bergaya modis karena panduan yang diberikan secara fun dan sangat menyenangkan. “Kita berupaya menyampaikan syiar Islam kepada muslimah dengan cara yang fun dan lebih muda, sehingga mereka mau mengikuti tuntunan agama Islam untuk menutup auratnya tapi tetap bergaya,” kata Ketua Hijabers Medan, Icho farah kepada SINDO, Selasa (12/6).
Dikatakan perempuan kelahiran Pematang Siantar, 3 Mei 1989 ini, awal dirinya membentuk komunitas Hijabers di Medan, terinspirasi dari komunitas Hijabers yang ada di Jakarta. “Awalnya, pada November 2010, saya dan beberapa teman memang sering ngumpul-ngumpul, ketika itu kami ada sekitar 15 orang, seringnya bahas soal style muslimah, terus berpikir juga untuk membuat komunitas, rupanya komunitas Hijabers di Jakarta melalui akun facebook dan twitter lagi mengembangkan sayap untuk membentuk di berbagai daerah. Dari situlah kami kemudian secara resminya membentuk Hijabers Medan yang anggotanya 30 orang pada 12 Agustus 2011,” papar anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Icho mengatakan, mengenakan jilbab dan hijab itu berbeda. Kalau jilbab (kerudung) banyak perempuan yang mengenakannya hanya menutup kepala, namun mengenakan baju yang ketat. “Itu sama artinya mengenakan jilbab tapi telanjang. Tapi kalau hijab, kita menutup kepala juga dada atau menutup aurat sesuai syar’i. Namun, itu tadi, di hijabers kita menutup aurat tapi tetap bisa modis,” jelasnya,
Alumni SMA Negeri 4 Pematang Siantar ini pun mengakui kalau dirinya juga baru mengenakan hijab di tahun 2010, sekitar bulan September. “Sebelum berjilbab, Icho memang sudah suka mengenakan fashion dan bergaya. Saya juga suka difoto oleh teman-teman fotografer. Awalnya, saya berpikir kalau mengenakan jilbab tentu penampilan saya akan terlihat kaku. Tapi karena awalnya saya memang suka fashion makanya meskipun berjilbab, justeru kesempatan itu makin terbuka lebar, sekarang semakin banyak teman-teman yang ingin memfoto Icho setelah berjilbab,” ungkap sarjana Manajemen UISU ini.
Dalam mengenakan busana muslimah, Icho mengaku banyak terinspirasi dari icon-icon hijabers seperti Dian Pelangi. Selain itu, anak dari almarhum Mayor Indra Berty P dan Yusraidah Siregar ini juga terinspirasi dari gaya hijabers muslimah dari Malaysia dan Mesir. “Gaya hijabers di Malaysia dan Mesir itu keren-keren, saya suka terinspirasi dari situ,” jelas owner of I’Choice la Mode.
Saat ini kata Icho yang juga bekerja sebagai Independen Consultant di bisnis Oriflame ini, anggota hijabers Medan sudah mencapai sebanyak 300 orang. Bahkan, secara organisatoris, hijabers sudah terbentuk hampir di seluruh ibukota provinsi di Indonesia. Kegiatan yang dilakukan biasanya pengajian, hijab class (hijab tutorial), games juga menggelar bazaar untuk busana muslimah. “Sebenarnya kegiatan yang kami lakukan itu menyangkut hampir keseluruhan dari keseharian kehidupan perempuan. Mulai dari bagaimana muslimah berbusana, bagaimana bersikap hingga melakukan sharring diskusi tentang entrepreneur sehingga muslimah juga bisa berbisnis sesuai dengan ajaran Islam,” kata Icho.
Icho sendiri secara pribadi berkeinginan untuk turut mensukseskan orang lain. “Icho memang menginginkan kalau punya kerjaan itu juga tidak hanya bisa mensukseskan diri sendiri tapi juga mensukseskan orang lain. Seperti di Oriflame juga kan merupakan bisnis multilevel marketing, di mana kita bekerja secara tim sehingga yang di atas harus membantu yang di bawah, di hijabers juga kita tanamkan seperti itu,” terang Icho.
Sedangkan untuk komunitas Hijabers ke depannya, Icho mengharapkan komunitas itu tidak hanya sekadar sebagai tren, namun tetap bisa bertahan sebagai wadah untuk mensyiarkan ajaran Islam. “Hijabers ini amanah, makanya kita ingin komunitas ini lebih besar lagi nantinya, kalau bisa masuk ke segala lini, misalnya kita juga membuat pemilihan model muslimah karena selama ini pemilihan model muslimah terutama di Medan sangat minim digelar,” jelas Icho. (*)