Mendengar kata nuklir, banyak makna yang berseliweran di kepala. Ada yang merasa seram, takjub, langka bahkan sangat berkelas. Hal ini juga yang awalnya berada di benak Dr Edison SpKN MKes yang bertugas sebagai Kepala Unit Kedokteran Nuklir RSUP H Adam Malik Medan. Jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang kemudian menempuh S-2 di Universitas Padjajaran Jurusan Kedokteran Kesehatan Nuklir ini pun memilih jurusan nuklir karena alasan itu.

Karena sedikit yang memilih bidang ini, tidak salah jika di Indonesia saja, hanya 30 dokter tercatat memilih jurusan serupa. Ayah tiga anak ini menjadi satu-satunya dokter di Sumatera yang memilih jurusan yang terdengar “wah” tersebut.
Dalam penerapannya, peralatan yang digunakan untuk memeriksa pasien tidak hanya canggih dan mahal. RSUP H Adam Malik pun menjadi satu-satunya rumah sakit yang memiliki instalasi Kedokteran Kesehatan nuklir. Belum lagi pengurusan perizinan nuklirnya lumayan ribet (repot). Harus diurus melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) setiap tahunnya guna memenuhi standar proteksi radiasi.

“Oleh karena itu, tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas kesehatan nuklir,” kata pria berkulit putih kelahiran 17 November 1970.

Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir yang dalam aplikasinya menggunakan alat canggih itu, digunakan untuk pemeriksaan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, ginjal, sidik perpusi, sidik tulang, pemeriksaan GFR dan renogram, sidik kelenjar gondok, pemeriksaan dakriosistografi dan lainnya. Nah, yang terbaru dari bidang nuklir untuk kesehatan ini, yakni, pemeriksaan kanker untuk deteksi awal dan penanganan selanjutnya.

Menurut Edison, sejauh ini sudah banyak masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan nuklir ini. Apalagi sejak diberlakukannya BPJS Kesehatan. Yang paling banyak yang menggunakan pelayanan nuklir ini adalah pasien kanker payudara, gondok. Untuk satu hari pasien yang ditangani bisa 5 hingga 6 orang.

Dalam menangani pasien menggunakan alat tersebut, Edison mengaku pernah tidak menemukan penyakit si pasien. Hal ini dikarenakan diagnosa dokter spesialis yang menangani pasien, tidak tepat. “Jika diagnosanya tepat dari dokter spesialisnya, hasil penyakit pasiennya pasti ketemu, jika diagnosanya tidak tepat ya tidak bisa ditemukan,” tuturnya seraya menyebutkan Instalasi Kedokteran Kesehatan Nuklir RSUP H Adam Malik Medan itu dibuka sejak tahun 2013.

Sampai saat ini, masih banyak dokter yang tidak merekomendasikan pasien melalui pemeriksaan kedokteran kesehatan nuklir. Karena masih banyak di antaranya yang tidak tahu. Selain itu ada juga yang khawatir mendengar kata nuklir. Termasuk khawatir dampak radioaktif terhadap pasien.

Secara teknis untuk menangani pasien, pasien ditangani oleh dokter spesialis. Lalu, pasien dikonsul ke kedokteran kesehatan nuklir. “Kita lihat permintaan pemeriksaan dari dokter lain yang menangan si pasien itu. Jika memang harus diperiksa melalui instalasi ini, pasien akan disuntik radioaktif. Selanjutnya difoto dengan gamma camera untuk mendiagnosa sakit si pasien,” jelasnya sembari menyebutkan pengunaan radioaktif dilakukan dengan dua cara, yakni suntik atau minum obat.

Peranan nuklir ini hanyalah sebagai deteksi awal, karena kelebihan dari pelayanan ini dapat melihat fungsi organ yang akan diperiksa. Contoh, untuk pasien jantung, yakni, kita ingin melihat otot jantung mana yang sedang bermasalah. Dari situ akan diketahui, pembuluh darah mana yang sudah tersumbat. “Dari sini jadi bisa diketahui bagaimana cara penanganannya oleh dokter ahli jantung atau dokter ahli bedah jantungnya,” cetusnya.

Contoh lainnya, pasien yang mengalami sakit ginjal, sering dirujuk ke dokter urologi, lalu diperiksa apakah bisa operasi apa tidak. Melalui Kedokteran Kesehatan Nuklir ini dapat dilihat apakah memang wajib dioperasi atau hanya sekadar cuci darah saja. Lalu dapat dilihat juga apakah fungsi kedua ginjal pasiennya masih bagus atau sudah rusak. Di mana persisnya ginjal yang sudah rusak itu.

Demikian juga dengan pasien paru. Melalui pelayanan ini dapat mendeteksi kanker yang sudah menyebar atau belum. Kalau belum, paling tinggal menentukan cara pengobatan selanjutnya. Dengan alat itu, kita bisa melihat ventilasi perpusi yang ada di paru pasien. Ventilasi perpusi ini artinya, aliran darah ke paru dan aliran udara ke paru. Bisa saja aliran darah bagus, namun aliran udaranya tersumbat. Bisa jadi keduanya.

“Ini berperan jika operasi paru. Karena kita tahu berapa persen fungsi paru yang masih baik sehingga jadi tahu pula bagaimana penanganan yang akan dilakukan,” ucapnya seraya menyebutkan jumlah pasien yang ditangani sejak tahun 2013 hingga kini masih 287 pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis. (jpO)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini