Medan – Isu lingkungan hidup dan perubahan iklim selalu menjadi topik yang penting untuk dibahas secara regional dan global. Sebab bumi yang menjadi satu-satunya tempat bergantungnya manusia harus dijaga dengan baik dan dengan kesadaran yang tinggi. Mengingat perubahan iklim yang terjadi sekarang ini cukup memprihatinkan.

Manager The Climate Reality Project Indonesia, Dr  Amanda Katili Niode mengatakan lingkungan hidup dan perubahan iklim menjadi hal mendasar manusia, rumah satu-satunya yang dimiliki manusia yang disebut sebagai The Blue Planet, menjadikan para aktivis lingkungan bergerak dari berbagai negara. Sebab bumi ada batasnya dan mereka mulai berusaha mempelajari mengenai apa yang sedang terjadi di bumi ini terutama perubahan iklim.

Saat menjadi narasumber dalam webinar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bertema “Climate Change Lebih Berbahaya dari Covid 19” pada Sabtu (9/10) siang, Amanda mengungkapkan bahwa perubahan iklim ini menjadi masalah lokal, regional dan global. Situasinya sekarang manusia  hanya punya satu bumi tempat bernafas dan mengambil air secara gratis. Akibatnya manusia kurang peduli sumber daya alam apakah akan tetap tersedia untuk generasi yang akan datang. Ditambah dengan banyaknya kegiatan manusia yang mengeluarkan gas-gas atau bahan kimia dengan karbon yang menyebabkan pemanasan global dan berdampak pada kehidupan dan penghidupan.

“Bumi yang telah diselimuti oleh atmosfer banyak gas tadi menyebabkan lapisan bumi semakin tebal. Sinar matahari yang seharusnya masuk akhirnya keluar lagi akibat ada gas-gas yang makin banyak terperangkap di bumi maka bumi makin panas. Dan memang tahun-tahun terpanas berdasarkan catatan yakni tahun 2000-an,” ujarnya.

Mengutip buku “ Our Final Warning” karya Mark Lynas, disebutkanr tentang menghitung dampak bumi  yang makin panas  1 derajat bila dibandingkan dari tahun revolusi industri (1850-an) maka kebakaran hutan dan badai  semakin banyak terjadi.

“Jadi, kalau naik suhunya di 3 derajat maka dunia akan kehabisan makanan dan jutaan orang akan terancam kelaparan. Bagaimana pula kalau naik 6 derajat maka akan terjadi kepunahan massal. Bumi akan punah, jadi peradaban bisa punah,” paparnya lagi.

Nah, paling mengerikan perbedaaan cuaca di 2020 tepatnya Amerika pada saat musim dingin dan musim panas di Australia suhunya sampai 90 derajat celcius bedanya, padahal berada di waktu yang sama. Itulah yang disebut perubahan iklim.

“Tentunya banyak sekali kasus di Indonesia salah satunya yakni Siklon Seroja di NTT, kekeringan dan banjir,  juga yang lainnya. Kalau bumi makin panas maka kebakaran akan makin banyak,” terangnya.

 

Apalagi saat ini di Indonesia yang paling tinggi emisi gas yang keluar dari sektor kehutanan dan sektor energi. Berdasarkan data dari BMKG, suhu Indonesia semakin lama makin meningkat. Bahkan, menurut para peneliti kira-kira tahun 2060 cuaca akan meningkat 2,2 derajat celcius. Bisa berdampak di Indonesia musim kemarau akan lebih panjang dan musim hujan lebih pendek tapi intens.

Bila dikaitkan dengan kesehatan akan lebih berbahaya, akan saling terkait mulai dari penyakit menular, cuaca ekstrim, suplai air, kesehatan mental, polusi udara. Termasuk yang paling terkena imbasnya pada lansia dan anak-anak yang mempunyai gangguan kesehatan mental lalu penyakit menular dari hewan yang baru muncul  ke manusia seperti Covid-19 yang sekarang sudah dirasakan.

“Memang hingga saat ini apakah perubahan iklim menyebabkan Covid-19  belum ada bukti sampai sekarang. Tetapi mempengaruhi cara kita untuk menanggulangi yang terkena dampak pandemi. Bagaimana kita merawat mereka kalau kita sedang kena banjir atau sedang badai dan lainnya?”, katanya.

Menurut Amanda, inilah saatnya kita harus bisa berbuat. Gaya hidup tentunya harus diubah. Sumber-sumber gas yang keluar dari kegiatan manusia seperti industri, pertanian, dan terutama transportasi bisa diperlambat atau dengan mitigasi yakni memperlambat proses perubahan iklim ini atau adaptasi bagaimana melindungi manusia dan ruang agar tidak berdampak buruk.

“Atau kita tidak mau berbuat apa-apa sehingga bisa memusnahkan manusia. Untuk itu, secara global seluruhnya harus bersatu untuk mengubah atau menjaga iklim ini di bumi kita ini,” pungkasnya. (Anita/JP)

 

Foto : Flickr

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini