JAYAPURA | fjpindonesia.com – Sadar pendidikan sangat penting bagi anaknya, memjadi penyemangat bagi Desy Pekey, untuk memperjuangakan anaknya sampai menjadi orang sukses.
Demi mewujudkan itu, Desy yang usianya sudah menginjak kepala tiga, tetap setia merajut dan berjualan noken (tas rajutan tradisional khas Papua), agar bisa membiayai sekolah anaknya yang baru duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Bermodalkan jarum, Desy duduk tenang tertunduk, jari-jarinya lincah merajut benang-benang sulam dan benang dari batang kayu genemo. Sesekali Desy menyapa warga yang lewat untuk membeli hasil kerajinan tangannya.
Usai mengantarkan anaknya ke sekolah, pada jam 9 pagi, Desy datang ke Pasar Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, untuk menggelar dagangannya dan kembali lagi ke rumah pada jam 5 sore.
“Begitulah rutinitas saya setiap hari. Tetap harus semangat agar anak tidak seperti saya berjualan noken juga,” katanya kepada KabarPapua.co, Sabtu, 2 Februari 2019.
“Pendidikan itu sangat penting dan sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menyekolahkan anak. Kalau tidak kerja mau kasih sekolah anak tidak bisa,” ujarnya.
Desy bercerita, untuk bisa membuat satu noken ukuran kecil dari benang sulam membutuhkan waktu selama satu hari, sementara noken dari benang kulit kayu genemo bisa diselesaikan dalam satu minggu untuk ukuran kecil.
“Kalau benang sulam harganya Rp50 ribu ukuran kecil, kalau dari kulit kayu genemo harganya Rp100 ribu ukuran kecil. Satu hari kadang laku, kadang juga tidak,” ungkapnya.
Desy mengaku, bisa menyulam benang dijadikan noken berkat ajaran dari orangtuanya. Awalnya memang susah, tapi bila sudah terbiasa, menyulam noken menjadi lebih lencar.
“Saya sudah lima tahun jualan noken. Kalau pagi sampai sore saya jualan di pasar, kalau malam saya jualan di kota. Jualan noken juga buat kebutuhan makan sehari-hari,” jelasnya.
Desy menambahkan, selalu mendukung keingianan anaknya dalam meraih cita-cita sehingga bisa menjadi anak yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam keluarga.(Ramah/KabarPapua.co)