PENYEBARAN informasi kian tak terkendali via media sosial (medsos). Publik acap kali sulit mana hoaks dan berita sebenarnya. Oleh karena itu, masyarakat diminta bijak dan cerdas dalam memilah info, terutama kaum muda.
Pemuda harus memiliki kemampuan literasi untuk melawan pengaruh negatif internet.
“Pikirkan dulu apa yang digunakan di medsos. Disaring sebelum disharing,” ujar Mutia Atiqah, Pengurus Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) saat menjadi narasumber dalam diskusi publik bertajuk “Generasi Muda Gaul di Medsos dengan Smart” yang diselenggarakan Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo), akhir pekan lalu (30/9/2017).
Disebutkannya, medsos mempunyai dampak negatif dan positif. Untuk dampak negatif ini beragam bentuknya bisa tindakan kriminalitas, mengganggu proses belajar dan lainnya. Sedangkan dampak positifnya, bagi yang hobi tulis menulis dapat mempublikasikannya lewat blog.
Sebagaimana direlis Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2016, jumlah pengguna internet mencapai 132,7 juta jiwa. Jumlah ini terdiri dari berbagai kalangan usia, pendidikan dan sosial yang berbeda.
“Berbicara mengenai internet, tidak luput dari peran pemuda. Karena sekira 42,8% atau sekira 56,7 juta pengguna internet ini merupakan usia antara 10 hingga 34 tahun,” ujar Wakil Ketua Komisi I DPRD RI, Meutya Hafid.
Oleh karenanya, pemuda harus memiliki kemampuan literasi media yang baik untuk melawan pengaruh negatif yang berasal dari asing maupun nila-nilai toleran terhadap keberagaman, radikalisme ataupun fanatisme kelompok yang semakin mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Dia juga menambahkan penggunaan media sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia. Apalagi berdasarkan hasil penelitian menyebutkan jika 98% dari anak-anak dan remaja yang disurvey mengetahui internet dan 79,5% diantaranya adalah pengguna.
Untuk itu sambungnya, pemuda sangat penting mengetahui bagimana menyaring informasi internet. Sebab tanpa adanya literasi yang baik, pemuda akan mudah dijadikan korban kepentingan yang berujung pada kebencian terhadap suku, ras, agama dan kelompok lain.
Sementara ketua panitia, Rosa Amalia menyebutkan kegiatan tersebut diikuti berbagai sekolah di Medan. Melalui kegiatan ini diharapakan dapat mendorong generasi muda yang bijak dalam mensikapi kemajuan teknologi. Hadir juga dalam acara ini Latifa Hanum dari Kemkominfo. (jp/rel)